Title : Phone
Group/Pairing : Hey!Say!JUMP - Takaki Yuya/Arioka Daiki
Genre : Fluff
Rating : PG-13
Summary : Yuya curious over Daiki.
Note : Written in Indonesian and it's CREEPY!!! TRUST MEEEH =___=v aaaaaaaaaaaaaaaaaa *go to kill myself*
-------------------------------------------------------
Group/Pairing : Hey!Say!JUMP - Takaki Yuya/Arioka Daiki
Genre : Fluff
Rating : PG-13
Summary : Yuya curious over Daiki.
Note : Written in Indonesian and it's CREEPY!!! TRUST MEEEH =___=v aaaaaaaaaaaaaaaaaa *go to kill myself*
-------------------------------------------------------
"Hm?" Jawabnya singkat, tanpa menoleh sedikitpun kearah Takaki yang sudah mulai memasang tampang cemberut.
Takaki berguling mendekat hingga jarak dirinya dengan daiki tidak sampai 10cm. "Ne, Dai-chan.. kau janji padaku mau memasak nasi jamur kan?" Ujar Takaki bertanya sekaligus untuk menarik perhatian Daiki kepadanya.
Daiki akhirnya menoleh, menghadapi wajah takaki yang terlihat tampan seperti biasa "Yuyan, ini belum waktu makan malam, matahari saja belum tenggelam."
"Iya iya, Dai-chan aku mau nasi jamur sekarang~" Ujar Takaki mulai merengek.
"Kalau begitu masak sendiri." Daiki berkata datar menanggapi rengekan takaki, sambil ia terus memperhatikan ponselnya.
"Tidak mau, aku mau kau yang memasak. Aku mau melihat kau pakai celemek pink itu dan kau akan terlihat sangat......."
Belum selesai Takaki melanjutkan kalimatnya Daiki sudah memberikan a-death-glare kepada Takaki, karena ia tahu apa yang akan Takaki katakan selanjutnya.
"Cute" akhirnya Takaki berhasil menyelesaikan kalimat itu, namun sedetik kemudian sebuah tendangan yang cukup keras menghantam perutnya.
Daiki tidak pernah mau dipanggil 'cute' ia membenci kat itu dipredikatkan padanya, yah meski sangat susah untuk menghindari kata itu dengan matanya yang besar dan kedua pipi yang sangat chubby serta tinggi badannya yang tidak-terlalu-tinggi (Dai-chan will kill me if i say 'short' #slapped) untuk laki-laki berusia 20tahun.
"Ittai, kau ini kasar sekali." Keluh Takaki memegangi perutnya, namun Daiki sepertinya tidak memperdulikan apa yang Takaki katakan lagi, karena yang ia bisa dengar hanya sederet keluhan tak jelas, maka ia pun tidak mengalihkan perhatiannya dari ponsel. Namun tak lama kemudian Daiki merasakan nafas seseorang di lehernya, maka ia dengan segera berbalik memunggungi Takaki.
"Oi, Dai-chan kenapa kau menghindar?" Tanya Takaki dengan penasaran dan terus bergerak mendekati Daiki, mencoba untuk bisa menatap wajahnya. Namun Daiki selalu berhasil lolos dari Takaki yang sudah mulai menarik bahunya.
"Dai-chan, kau menyembunyikan sesuatu?" Tanya Takaki lagi,semakin curiga dengan Daiki yang berusaha menghindar darinya, atau lebih tepat berusaha menghalangi Takaki untuk melihat ponselnya.
"Tidak." Jawab Daiki dengan masih memunggungi Takaki dan menggenggam ponselnya di depan dadanya.
"Lie." Ucap Takaki dan dengan secepat kilat Takaki menarik bahu Daiki, membuatnya berbaring telentang diatas tempat tidur lalu menahan kedua Bahunya dengan tangan.
Kini wajah mereka saling berhadapan, bisa dilihat Daiki bersemu merah melihat Takaki yang berada diatasnya dan menatapnya. Sementara Takaki memalingkan wajahnya, mencari benda yang sedari tadi digenggam Daiki.
"Kau membaca apa dari tadi?" Tanyanya lalu mengambil alih benda itu dari tangan Daiki. Daiki hanya memasang wajah 'depresi' dan menggumam sesuatu yang tidak jelas.
Takaki memperhatikan layar ponsel Daiki yang menampilkan barisan kalimat, ia membacanya.
"Yuya smirked at the innocent sound of his question and the lack of innocence Daiki was cpable of. Getting up from his seat, Yuya sat on the desk right behind him. Leaning down, Daiki's eyes remained curious and lips pursed and Yuya couldn't resist anymore......................."
"Yuya smirked at the innocent sound of his question and the lack of innocence Daiki was cpable of. Getting up from his seat, Yuya sat on the desk right behind him. Leaning down, Daiki's eyes remained curious and lips pursed and Yuya couldn't resist anymore......................."
Beberapa detik setelah Takaki melihat apa yang tertera pada layar ponsel Daiki, wajahnya sama merahnya dengan wajah Daiki yang semakin memerah.
Takaki menoleh pada Daiki yang menyembunyikan wajahnya sebisa mungkin dengan satu telapak tangannya yang bebas.
"Dai-chan... kau membaca..... i-ini?" Tanya Takaki dengan wajah bersemu merah dan mata yang masih memancarkan kebingungan.
"Kau sudah membaca apa yang kubaca kan? untuk apa kau bertanya lagi." Jawab Daiki dengan nada tinggi, berusaha menyembunyikan rasa malunya.
Lalu apa yang dilakukan Takaki selanjutnya adalah kembali ke posisi awal mereka dimana Daiki 'dikurung' olehnya. Takaki mendekatkan wajahnya pada wajah daiki, membiarkan hidung masing-masing saling bersentuhan.
"Ne, Dai-chan... kau tidak perlu membaca fanfic itu lagi. Kapanpun kau mau, aku bisa mempraktekkannya..... langsung padamu." Ujar Takaki, dan tidak ada yang terdengar bersuara lagi ketika kedua bibir itu bertemu untuk sebuah ciuman.
-owari-
CREEEEEPPPPYYYYY!! cacat banget! it should be written in English v___v aaaa i really should translate this to english tomorrow :l yeah, be ready for my bad-grammar and etc =_=v
maaf sudah merusak mata anda-anda sekalian dengan fic gaje dan cacat gini *bow*
No comments:
Post a Comment