Welcome to my journal :) My fantasy land that full filled with my randomness.

Wednesday, September 21, 2011

Short Story - Our friendship’s story


Title                       : Our friendship’s story
Author                  : Yuechara (Kartika Paramaswari)
Cast                       : Kang Yoo Riem & Lee Gi Hae
Genre                   : Friendship
Rating                   : PG-13
Words                   : 2,144
Disclaimer           : Plot is mine, I own my OC (Kang Yoo Riem). And Lee Gi Hae is belong to Anggi.
Summary             :  This is the story of our friendship………. (okay this summary is sucks =_=)

Beijing, 2005
“Kau akan pergi sekarang?”
                Sebuah pertanyaan itu dilontarkan kepadaku, sementara aku hanya bisa tersenyum membalasnya. Tanpa perlu menjawab pertanyaannya dengan kalimat.
                “Shen Bao Yue, apakah kau tidak ingin mengucapkan beberapa salam perpisahan kepada teman-temanmu?” Tanya Pak Hui, wali kelasku.
                Teman?  Sebelah alis-ku terangkat ketika mendengar kata ‘teman’ yang Pak Hui katakan barusan. Ya, andai saja aku punya teman.
“Saya rasa tidak perlu.” Jawabku, singkat dan berusaha disertai dengan senyuman.
                Ia menatapku dengan pandangan heran beberapa detik, sementara aku hanya diam dan tidak mengucapkan sesuatu lagi. Lalu dalam hitungan detik Pak Hui sudah menandatangani selembar kertas yang kuberikan padanya tadi, lalu ia menyerahkannya kepadaku. Aku pun menerimanya, selembar kertas mengenai kepindahanku.
                “Feichang ganxie nin, Hui-Wang.”
                “Bu keqi.”
                Lalu, aku melangkah keluar dari ruang guru itu. Dan menyadari bahwa ini adalah menit-menit terakhir aku disini, di gedung sekolah GuangQuMei, dan Beijing.
               
Seoul, 2005
                Hari pertama sekolah sudah selesai, ditandai dengan bunyi bel panjang yang berarti jam belajar telah selesai. Tidak ada yang special, hanya hari-hari sekolah biasa dimana aku hanya duduk sendirian dan memberi senyum kepada setiap orang yang menyapaku dan berusaha ramah padaku. Ramah, ya, keramahan yang akan hilang dalam beberapa detik kemudian. Itu yang aku percaya.
                Aku, Shen Bao Yue atau sekarang menjadi Kang Yoo Riem, adalah murid baru tingkat dua di sekolah ini. Pindah dari Beijing sebulan yang lalu dan sekarang menetap di Seoul dan bersekolah di Sangwon middle school. Sekolah yang asing, kota yang asing, dan orang-orang yang asing. Maka yang ku harapkan hanya segera sampai dirumah dan bertemu dengan mereka yang ku kenal.
                Namun sepertinya hari ini tidak sesuai dengan dugaanku, sesuatu terjadi dan mengubah pandanganku.
                Aku sudah sampai di depan gerbang sekolah ketika aku menyadari bahwa aku meninggalkan dompetku di dalam kelas. Aku pun melangkah masuk kembali dengan langkah berat dan rasa sedikit kesal karena harus menaiki tangga lagi. Namun aku tak punya pilihan lain selain menaiki tangga-tangga itu sambil membodohi diri sendiri karena keteledoranku.
                Ketika kedua kaki ku sudah membawaku berada di depan pintu ruang kelas, aku pun segera membukanya dan masuk. Namun pandanganku teralih sebentar dengan seorang gadis yang sedang berdiri di depan meja guru dengan setumpuk buku yang berada dimeja, dan kemudian aku ingat bahwa ia adalah murid yang tadi diminta songsaengnim untuk mengumpulkan buku catatan murid-murid kelas.
                Ia mengalihkan wajahnya kearahku sebentar lalu memberi senyum, aku pun membalasnya. Lalu aku melangkah menuju meja-ku dan mengambil dompetku yang tertinggal di laci meja, dan segera beranjak keluar kelas, aku sudah tak sabar ingin sampai dirumah rupanya.
                Sebuah suara benda jatuh yang cukup keras terdengar ketika aku baru saja keluar dari ruang kelas itu, dengan segera aku menoleh kembali untuk melihat benda apa yang terjatuh. Dan yang ku temukan adalah gadis tadi terjatuh  dan setumpuk buku catatan tadi berserakan di lantai.
                Dengan secara refleks aku menghampirinya “Gwenchana?” Tanyaku sambil memegang bahunya.
                “Gwenchana.” Jawabnya sambil tersenyum.
                Mendengar kata itu sudut-sudut bibirku pun terangkat membentuk sebuah senyuman. “Syukurlah.” Ujarku.  “Biar kubantu kau membawa ini semua.”  Dan aku pun memunguti buku-buku catatan yang berserakan itu.
                “Ah, terima kasih.” Ucap gadis itu lalu ia pun mulai memunguti buku-buku itu juga.
                “Sama-sama.” Jawabku lalu kembali memberinya senyum. Sepertinya hari ini aku tersenyum lebih sering dibandingkan biasanya.
                Setelah kami berhasil memunguti kembali buku-buku itu kami bangkit dan bersiap untuk membawanya menuju ruang guru. Buku-buku ini tidak berat seperti dugaanku, namun entah kenapa gadis itu bisa terjatuh membawanya =__= apakah itu karena ia terlalu kurus? Hah, entahlah.
                “Ah ya, aku belum memperkenalkan namaku. Lee GiHae imnida.” Ucapnya padaku seraya menyunggingkan senyum dan memecah keheningan diantara kami.
                “Oh, Kang YooRiem imnida. Senang berkenalan denganmu.”  Balasku, tak lupa untuk tersenyum, lagi.

April, 2009
Kyunggi High School
                “Kang Yoo~Rieeeem~”
                Teriakan itu bisa kudengar dalam dalam radius tiga meter, teriakan yang hanya dimiliki satu orang di dunia, Lee Gi Hae.
                “YooRiem-ah, kau jahat sekali tidak menoleh.” Ujarnya mengeluh padaku seketika ia sudah berada di sebelahku.
                “Kalau aku menoleh, semua orang akan tahu bahwa aku berteman dengan tarzan.” Ujarku padanya, dan kemudian satu lengan kurus milik GiHae sudah melingkari leherku.
                “Kau bilang aku tarzan? Hah? Coba kau ucapkan lagi.” Ujarnya, masih melingkari leherku dan kemudian jari-jari tangannya yang bebas menggelitiki pinggangku. Skak mat.
                “GiHae!! Stop stop, hentikan tolong. Muahahaha GiHae..  jebal….” Pintaku disela-sela tawa dan kegelianku serta berusaha keluar dari kekangannya. Entahlah apa yang orang-orang pikirkan ketika melewati kami berdua yang sibuk sendiri di tengah-tengah koridor sekolah.
                “Panggil aku highness gie, maka kulepaskan kau.” Katanya padaku dengan masih terus menggelitiki pinggangku.
                Dengan masih menggeliat dan tertawa disertai teriakan kecil aku berusaha menjawabnya. “Baiklah baiklah…” Kalimatku terhenti dengan teriakan lagi karena GiHae menggelitiki pinggang belakang yang merupakan titik lemahku. “GiHae Stop!! Highness Gie stop!!” Fuuh, akhirnya aku bisa mengucapkannya.
                “Yak, bagus sekali.” Ujarnya dan nyengir kepadaku.
Kurasakan sudah tidak ada lagi tangan yang menggelitikiku, namun sebuah lengan kurus masih berada di leherku. “Hei kau, lepaskan dong. Masa aku harus berjalan seperti ini.” Ujarku mengeluh padanya sambil berusaha menyingkirkan lengan itu.
                “Baiklah baiklah.” Lalu GiHae pun menyingkirkan lengannya dariku. Akhirnya aku bebas juga =_=
                “Yak Lee Gi Hae, kau ini sudah sukses membuat kita menjadi bahan tontonan satu sekolah lagi hari ini.” Keluhku padanya, mengingat pandangan aneh siswa-siswa lain kepada kami tadi.
                “Eh? Biarkan saja, siapa tahu nanti kita bisa lebih terkenal dibandingkan DBSK.” Jawabnya santai disertai cengiran khas miliknya.
                “Kau ini pagi-pagi sudah membentur tembok rupanya =__=.”
                Ia tak membalas, hanya kembali nyengir.
                Lalu dengan tiba-tiba ia menggenggam lenganku “Lihat, satu menit sebelum bel dan kita masih harus berlari menuju gedung sebelah untuk sampai ke kelas.” Ujarnya seraya menunjukkan jam tangan digitalnya. “Saa, ikuzoo!!” <- (ini authornya lagi geblek lokasi di korea tapi ngomongnya jepang #shots) Dan sesaat setelah teriakan itu GiHae menarik lenganku dan berlari sepanjang koridor menuju gedung sebelah. Aku yang kaget hanya bisa menyeimbangkan langkahku agar tidak terjatuh ketika ditarik oleh makhluk ini =_=.
                Ah ya, sepertinya aku lupa memberi tahu bahwa Lee GiHae yang saat ini menarikku adalah Lee GiHae yang sama dengan Lee GiHae yang menjatuhkan buku-buku catatan empat tahun yang lalu. Lee GiHae yang sudah bersama denganku selama empat tahun.Lee GiHae yang mampu merubahku dalam waktu empat tahun. Lee GiHae yang menjadi sahabatku selama empat tahun. Dan mungkin Lee GiHae yang akan terus bersamaku nantinya. Mungkin..

Agustus, 2009
                “Ne, GiHae-ya. Kau janji datang kerumahku hari ini kan?” Tanyaku pada GiHae ketika songsaengnim sudah keluar kelas dan kami semua sudah mulai berhamburan keluar.
                “Eh?” Ia menatapku dengan kaget. “Benarkah? Astaga, hari ini aku sudah berjanji kepada Min Ja ingin menemaninya membeli kado untuk kakaknya.” Ujarnya padaku, terlihat sorot mata bersalah itu ketika mengatakannya kepadaku.
                Aku memaksakan diriku untuk tersenyum meskipun aku merasa sedikit ‘sakit’ mendengar jawabannya, menyadari mungkin ia sudah mulai melupakanku.
Min Ja adalah teman satu klub GiHae yang sangat dekat dengannya. Hm, entahlah, aku mengenal GiHae lebih lama namun sepertinya kedua orang itu ‘sangat’ dekat seperti menempel satu sama lain. Ya, Min Ja dan Gi Hae, bukan Yoo Riem dan Gi Hae.
  Dan saat itu juga keyakinanku akan ‘teman’ yang dulu kuyakini kembali menyergap pikiranku. Aku tak bisa membohongi diriku sendiri. Aku takut.

Desember, 2009
                Kemarin adalah malam natal dan aku hanya merayakannya bersama Eomma dan Hyukie Oppa. Kami menelepon Appa yang sedang dalam pelayaran menuju Rusia dan mengucapkan selamat natal padanya. Senang? Tentu saja, banyak makanan dirumah dan berkumpul bertiga seperti ini sangat jarang sekali terjadi.
                Ponselku berbunyi menandakan sebuah pesan masuk, aku pun merogoh saku celana panjangku dan mengeluarkan ponselku. Sebuah Email masuk, dari Lee Gi Hae.

                “Selamat natal! Merry Christmas :D”
Hari ini aku pergi berbelanja kado natal bersama Min Ja, dan aku menemukan pohon natal putih ini. Dan aku teringat tentang ucapanmu yang ingin membeli pohon ini ketika natal tahun lalu, maka aku mengirimkan fotonya. Bagus tidak? Hehe – Lee Gi Hae
               
Sebuah pesan yang disertai dengan foto pohon natal putih yang berhiaskan hiasan bola-bola biru dan  lampu kelip yang indah. Aku tersenyum melihat foto itu, mengetahui bahwa GiHae masih mengingat tentang pohon natal putih yang dulu kami rencanakan untuk membelinya bersama.
                Ya, ia ingat tentang pohon itu. Namun tidak ingat bahwa aku ingin kami berdua yang membelinya.

Januari ,2010
                Sudah lima bulan aku dan GiHae mulai menjauh, dan Min Ja sepertinya sudah menggantikan posisiku sebagai sahabat dekatnya. Kami sekelas dan yang kami ucapkan satu sama lain hanya ‘hai’ dan ‘bye’ selama sekolah. Tentu saja kami membicarakan hal-hal lain seperti pelajaran misalnya, namun tidak seperti dulu. Bahkan terkadang ia hanya menjawab pertanyaanku hanya dengan satu atau dua kata saja. Dan aku merasa bahwa ia tidak ingin berbicara denganku.
                Banyak murid-murid di kelas kami yang menanyakan mengapa aku dan GiHae menjauh, dan aku hanya menjawabnya dengan ‘Tidak ada apa-apa.” Dan “Kami masih berteman.”. Lalu mereka mulai ‘berdiskusi’ tentang bagaimana kehadiran Min Ja bisa menjauhkan kami berdua. Aku tidak ingin berkomentar apapun, diam adalah yang terbaik.
                Tentu aku merasa kehilangan, namun aku tidak akan bersedih ataupun menangis nantinya. Karena pada akhirnya yang kupercayai bahwa semua orang hanya berbaik hati di awal dan selalu memasang topeng, sudah terbukti benar.
                Aku percaya akan hal itu, namun aku merasa salah….

Maret, 2010
                GiHae datang kerumahku pada pukul 9 malam ini, begitu aku membukakan pintu untuknya ia memelukku sambil menangis. Aku yang tidak tahu tentang apa-apa hanya bisa terus melontarkan kata ‘kenapa?’ berulang-ulang. Hingga akhirnya GiHae mengucapkan sesuatu yang merupakan kata maaf.
                “Mianhae… mianhae…” Ujar GiHae padaku, kedua matanya berkilat akibat air mata dan menatapku.
                Aku terdiam beberapa detik, lalu mulai tersenyum.
                “Gwenchana yo.” Ujarku sembari memberi senyum padanya.
                Lalu ia membalas senyumku dan memelukku kembali selama beberapa detik. Dan malam itu GiHae memutuskan untuk menginap, dan ia menceritakan semuanya yang terjadi antara dirinya dan Min Ja. Dan malam itu pula aku kembali menganggap ‘keyakinanku’ salah.

Juni, 2010
                “Yoo Riem-ah~ Aku butuh bantuan…”
                Kalimat itu adalah kalimat pertama yang langsung Lee Gi Hae lontarkan padaku begitu pintu rumah ini kubuka dan menemukan dirinya berdiri di depan dengan wajah kusut dan kantung mata yang menggantung di kedua matanya.
                Dan beberapa menit kemudian aku mengetahui penyebabnya, mengetahui alasan dibalik kedatangannya dan wajah kusutnya. Perubahan dirumah ini, perubahan padanya, perubahan yang sama sekali tidak pernah kuduga.
                Sesaat setelah aku menutup pintu kamarku dan memastikan tidak ada orang disana, aku menangis.

Agustus, 2010
                Pernahkah kau percaya pada takdir? Atau keajaiban?
                Aku merasakannya saat ini.
                Aku sedang duduk di depan seorang presdir SSF entertainment yang merupakan sebuah talent agency. Mengapa aku bisa disini? Ah ya, itu karena tiga minggu yang lalu aku mengikuti audisi untuk masuk ke agensi ini dan ternyata aku berhasil lolos. Maka disinilah aku sekarang, duduk di hadapan seorang presdir bersama empat orang gadis lainnya.
                Dan coba tebak. GiHae juga ada diantara empat orang gadis yang terpilih itu.
                Hebat bukan? Aku dan Gi Hae kembali bersama-sama ‘lagi’. Setelah menjadi teman sekelas selama empat tahun dan sekarang aku dan dirinya berada di satu grup yang sama. Entah ini takdir, keajaiban atau memang Tuhan sangat menyukai kami berdua. Tetapi aku bersyukur bisa bersama-sama dengan GiHae, bekerja bersama dengan sahabatku, dan aku senang.

Januari,2011
                Debut chroma………………….. hari ini hari dimana kami akan debut, tampil on air pertama kali di TV dan ditonton oleh seluruh negeri dan dihadapan seribu penonton. Aku sepertinya ingin muntah…… Namun tiba-tiba sesuatu yang dingin menyentuh leherku.
                “Gya!! Lee Gi Hae!! apa sih yang kau lakukan?! Dingin tau!!” Omelku padanya begitu melihat bahwa yang menempelkan kaleng minuman dingin di leherku itu adalah anak ini =__=
“Hahahaha habisnya kau tegang begitu, Yoo Riem-ah. Santai saja…” ujarnya padaku lalu ia pergi kembali menjelajahi ruang tunggu kami ini. Kami akan debut dalam hitungan menit tetapi anak ini tetap saja santai =_= entahlah apa yang ada di pikirannya, jangan-jangan dia memikirkan susu cokelat (?) <- (maklum ye, authornya lagi ngidam susu ultra #shots)
                Lalu kemudian seseorang menepuk pundakku aku pun menoleh untuk melihat siapa si pemilik tangan itu, dan ternyata seorang Lee Gi Hae.
                “YooRiem-ah hwaiting!” Ucapnya padaku, tak lupa dengan wajahnya yang penuh senyuman dan tangan kirinya dikepalkan seraya memberi semangat padaku. Yang kemudian ku lakukan adalah tersenyum dan melakukan hal yang sama.
                “Kang YooRiem fighting! Lee Gi Hae fighting! Chroma DAEBAK!” Seru kami berdua ditengah-tengah kesibukan yang terjadi di ruang ganti.
                Ini akan menjadi awal bagiku, juga bagi Gi Hae, dan bagi Chroma. Menjadi awal bagi kehidupan baruku dan memulai menjadi seorang ‘Kang Yoo Riem’ yang lebih baik dari sebelumnya. Dan sekali lagi, menjadi awal bagi perjalanan kisah-kisah pertemananku dengan Gi Hae nantinya. Menjadi awal dari semuanya.
                Dan semuanya dimulai hari ini…….
.
.
.
.
.
.
.
                “Introducing… Chroma!”
                                                                                                --------

                “Hei, benar kan, kurasa suatu saat kita bisa lebih terkenal dari DBSK.” Ujar Gi Hae sambil nyengir padaku seketika kami turun dari panggung  =___=


-END-

No comments:

Post a Comment