Welcome to my journal :) My fantasy land that full filled with my randomness.

Friday, June 17, 2011

The Unspoken Love, Tears of Regret. - Oneshot

Title                       : The Unspoken Love, Tears of  Regret.
Chapter                : oneshot
Genre                   : Romance, angst (?) gatau deh =__=a
Rating                   : NC-17 (gak parah kok cuman slighty NC aja kali ya tepatntya #slapped)
Disclaimer           : I don’t own anything except my OC Kang YooRiem and the story plot.
Pairing                  : Kwon Ji Yong/G-DRAGON(bigbang) & Kang Yoo Riem (OC)
Author                  : Yuechara (Kartika Paramaswari)

 Image and video hosting by TinyPic

Apakah kau tahu apa yang paling menyedihkan dalam kisah cinta?
Dalam kasus ku, yang paling menyedihkan adalah dimana saat kau sangat mencintai seseorang,
Namun kau sadar bahwa kau mencintai orang yang salah.
Tetapi kau tak bisa menghentikannya,
Debaran itu tetap ada, rasa itu tetap ada, kerinduan itu tetap ada, dan cinta itu tetap ada.
Hingga pada akhirnya kau rela terluka hanya demi mencintainya.

Di ruangan ini sangat sepi, hanya terdengar suara televisi dengan volume yang sangat kecil sedang menyala dan menampilkan sebuah acara musik yang terkenal. Dan di kamar ini pula duduk seorang gadis yang sedang  menonton acara itu sambil memeluk kedua lututnya. Ia tak bersuara apa-apa, hanya terus memfokuskan perhatian pada televisi dihadapannya.

 Kali ini dua MC mengatakan sesuatu –seperti memberi tahu siapa yang akan tampil selanjutnya—lalu para fangirl yang menonton langsung berteriak dengan heboh dan kencang sembari memberikan fanchant “kwon ji yong kwon ji yong” secara berulang-ulang.

                Lalu munculah seorang laki-laki berambut pirang dari belakang panggung dan melangkah ke tengah sambil memberikan senyum khas yang dimilikinya. Saat musik sudah dinyalakan, para dancer sudah siap ditempatnya masing-masing, semua fans pun kembali berteriak dan laki-laki itu pun mulai menyanyi dan menari. Gadis itu pun tersenyum sedikit, ia memperhatikan lelaki itu tanpa sedetik pun mengedipkan matanya. Ia mengaguminya, menyukainya, dan mencintainya.

                Tiga menit berlalu da ia menyudahi penampilannya, dan sebelum meninggalkan panggung ia sempat mengatakan beberapa hal kepada penonton dengan wajah ramah dan tutur katanya yang halus dan manis yang bisa membuat para fangirl itu berteriak histeris.

                Braak!

                Terdengar suara pintu kamar yang dibanting, gadis itu kaget dan begitu ia menoleh ia menemukan seorang laki-laki sedang berdiri di depan pintu kamarnya yang dibuka paksa tadi. Laki-laki itu berjalan mendekatinya dengan memasang wajah yang seram, dan seketika itu juga gadis itu pucat menatap eksperesi wajahnya.

                Gadis itu berteriak ketika Laki-laki itu menjambak rambut panjangnya sambil membentaknya. “Kau menonton televisi? Bahkan kau menonton dan memperhatikan penampilanku di televisi? Beraninya kau melakukan itu sementara kau menelantarkanku yang kelaparan hah??!!” Ujarnya sambil  menjambak rambutnya lebih kencang.

                Gadis itu berteriak kesakitan, matanya sudah mulai meneteskan air mata. “Menangis? Hanya itu saja yang bisa kau lakukan? Aku tidak butuh tangisanmu!! Yang kubutuh hanya makan malam Kang Yoo Riem! Kau dengar itu?!” Bentaknya didepan wajah gadis yang bernama YooRiem itu.

                Laki-laki itu mendorong kepala YooRiem hingga bersentuhan dengan lantai, menghentakkan kepalanya ke lantai keramik yang keras bagaikan yang ia pegang itu bukan bagian tubuh manusia. “Sekarang buatkan aku makan malam, aku tidak mau menunggu lama. Cepat!” Ujar laki-laki itu lalu bangun dan melepaskan tangannya, membiarkan gadis itu bebas. Sebelum melangkah pergi keluar kamar ia sempat menendang punggung gadis itu dengan kencang, lalu tersenyum menyeringai dan kemudian pergi.

                YooRiem bangkit sambil menahan sakit, matanya masih berlinang air mata namun ia memaksakan dirinya untuk berdiri daripada harus menerima resiko yang lebih parah lagi. Ia berjalan keluar kamarnya menuju dapur apartemen ini, ketika menuju dapur ia melihat laki-laki tadi di ruang tamu. Laki-laki yang tadi dikamarnya, laki-laki yang merupakan majikannya, dan laki-laki ini adalah Kwon Ji Yong. G-Dragon. Dan yang lebih ironis, ia mencintainya.

                Kang Yoo Riem adalah gadis yang setengah tahun lalu bekerja sebagai waitress disebuah klub malam, pada saat itu pertama kali Ji Yong melihatnya. JiYong yang merasa sangat tertarik dengan YooRiem langsung bertemu dengan pihak manager klub tersebut untuk bisa membawa pulang gadis itu untuk dipekerjakan.


                Mulanya pihak klub menolak tawarannya, hingga pada akhirnya Ji Yong menawarkan sepuluh juta won untuk membawa pulang gadis itu. Pihak klub yang sudah tergiur pun pada akhirnya menerima tawarannya dan memberikan YooRiem padanya. Yooriem yang pada saat itu hanya diberitahu bosnya bahwa ia dipindahkan kerja di tempat lain, ia pun hanya menurutinya karena tidak memiliki kecurigaan pada bosnya itu.

                Namun setelah ia ketahui, ia telah dibeli oleh Kwon Ji Yong.

                Maka sekarang disinilah dia, berada di apartemen Kwon Ji Yong dan bekerja setiap hari untuk melayaninya. Namun setiap hari pula ia mendapatkan pukulan, tendangan, tamparan dan kekerasan lainnya yang diterimanya dari Ji Yong.

                Ia tidak pernah menyangka bahwa image ‘idol’ yang dimiliki Ji Yong pada saat di depan kamera hanyalah acting belaka, setiap kali ia dirumah ia selalu bertidak kejam dan tidak ber prikemanusiaan terhadapnya. Sungguh benar-benar merupakan topeng yang rapih di depan publik.

                Yoo Riem meletakkan makanan di meja makan dimana Ji Yong sudah duduk disana sambil memasang senyum liciknya. Yooriem yang bersiap untuk pergi ketika selesai menghidangkan makanan ditahan oleh Ji Yong, YooRiem pun menoleh kearahnya.

                “Ada apa?” Tanyanya dengan pelan.

                “Kau mau kemana? Temani aku makan.” Ujarnya.

                YooRiem pun menurutinya, ia menarik di bangku yang kosong.

                “Kau tidak duduk disitu, tapi disini.” Ujar Ji Yong sambil menepuk-nepuk kedua pahanya dan tersenyum licik seperti biasa.

                “A..apa??” YooRiem terlihat kaget dan tak tahu harus bagaimana.

                Ji Yong menarik tangan gadis ini dengan kencang, lalu menampar pipinya dengan keras hingga pipi kanan YooRiem terlihat merah dalam seketika. “Kau tahu dengan jelas apa yang kumaksud, dan kau pun tahu bahwa aku benci menunggu.” Ucapnya.

                YooRiem hanya diam, ia memegangi pipi kanannya yang panas seperti habis dibakar api.

                “YAH KANG YOORIEM CEPAT LAKUKAN ATAU SUP PANAS INI KUSIRAM DIWAJAHMU!!” Bentak JiYong, dan YooRiem pun menurutinya, ia duduk di pangkuan lelaki ini.

                Ji Yong pun tertawa setelah melihat YooRiem menurutinya, ia pun kembali memberikan perintah. Ia menyuruh YooRiem menyuapi makan malamnya dalam posisi itu, tangannya berada di pinggang YooRiem untuk menjaganya tidak jatuh. Namun sesekali tangan itu juga bergerak naik ke atas just for poking her boops.

                Makanan dimeja sudah habis, namun Ji Yong masih terus mengurung YooRiem dalam pangkuannya.

                “Ji Yong… makan malam sudah selesai.” Ucap YooRiem pelan sambil mencoba melepaskan dirinya, namun tubuhnya terperangkap oleh kedua lengan JiYong yang sangat kuat.

                “Baiklah.. terimakasih sudah menemaniku.” Ucapnya, lalu ia menjilat telinga kiri gadis itu dan tertawa. Kedua lengannya pun sudah tidak mengurungnya lagi, dan YooRiem pun langsung turun dari pangkuannya dan pergi mencuci piring-piring kotor yang ada dimeja, meninggalkan majikannya yang masih tertawa senang sambil memandanginya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

                YooRiem masih belum tidur meskipun sekarang sudah pukul dua malam, ia hanya memandangi cermin yang ada dihadapannya ini. Ia memandang pantulan wajahnya, melihat ada luka lebam di dahinya yang berwarna keunguan dan menyentuhnya. Sakit, sakit sekali ketika ia menyentuh luka itu meskipun dengan sentuan yang sangat lembut.

                Jari-jarinya pun turun menuju pipinya yang masih berwarna merah akibat tamparan tadi. YooRiem bangkit dan mengambil peralatan P3K yang selalu ada dikamarnya, ia pun mulai mengobati luka-luka diwajahnya.

                Ia tahu bahwa apa yang ia lakukan adalah salah besar, ia menyiksa dirinya sendiri dengan terus bekerja pada Ji Yong. Ia pernah mengatakan untuk berhenti, namun yang diterimanya adalah pukulan dan bentakan serta ancaman. Mengetahui bahwa ia tidak mungkin  di izinkan untuk keluar, YoRiem pun pernah mencoba kabur dari apartemen ini. Namun dua jam kemudian Ji Yong pun berhasil menemukannya dan kembali menyeretnya kesini.

                Mungkin memang tak seharusnya ia langsung menyerah hanya karena sekali gagal, namun ia merasa tidak mungkin bisa kabur darinya. Lagipula… meskipun ia disini setiap hari tersiksa, kesakitan, dan merasakan bahwa tubuhnya semakin lama semakin lemah dan hancur. Tapi ia senang bersama Ji Yong, bersama lelaki yang setiap hari memukulnya dan menyuruhnya melakukan apapun yang diperintahkannya.

                Mungkin ia memang gila, bisa jatuh cinta dengan orang yang sudah jelas-jelas membuatnya menderita. Namun inilah yang YooRiem rasakan sekarang, setiap kali menerima perlakuan kasar dari Ji Yong  ia selalu menganggapnya sebagai bentuk perhatian laki-laki itu padanya. Meskipun ia tahu persis bahwa itu hanyalah sugestinya pada diri sendiri.

                Tetapi perasaan itu tidak pernah berubah, sekuat apapun YooRiem mencoba merubah perasaan itu, mencoba menghilangkannya. Tidak pernah berhasil, yang ia dapatkan malah dirinya yang jatuh semakin dalam dan semakin mencintai Kwon Ji Yong.

                Ya, ini gila.. sangat gila. Ia rela membiarkan tubuhnya yang semakin hancur dan kesakitan 
hanya untuk memberikan sedikit kebahagiaan pada hatinya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

                “Ji Yong…  bangunlah.” Ucap YooRiem sambil menggoyangkan pelan bahu Ji Yong yang masih tertidur.

                Tak perlu waktu lama Ji Yong pun sudah membuka matanya, ia memandang kearah YooRiem dengan kedua matanya yang tajam itu. Dan yang dilihatnya saat ini adalah wajah yang selalu ia lihat ketika ia membuka mata dipagi hari.

                “Sudah pagi? Mengapa rasanya aku baru tidur selama satu jam..” Ujar Ji Yong sambil bangun dan mematikan lampu tidur didekatnya.

                “Mungkin karena kau terlalu lelah.” Ucap YooRiem sambil membereskan selimut di tempat tidur.

                Ji Yong mengedipkan kedua matanya, ia masih mengantuk dan mencoba mengumpulkan nyawanya yang masih berterbangan (?) “Sarapan sudah siap? Kau masak apa?” Tanyanya dengan lembut, nada bicara seperti inilah yang membuat YooRiem sangat mencintainya.

                “Panekuk.”

                “Yasudah, setelah selesai membereskan ruangan ini segera ke meja makan. Kau tahu aku benci sarapan sendirian.” Ujar Ji Yong lalu berlalu keluar ruangan.

                “Ya.”

                Ji Yong pun duduk di kursi meja makan, dihadapannya sudah ada secangkir kopi dan banyak panekuk. Ia meraih remote TV dan mengarahkannya kea rah televisi di dapur ini untuk menyalakannya. Ji Yong mengambil cangkir itu dan menyeruputnya sedikit sambil tangannya yang lain sibuk memencet tombol remote untuk mencari channel yang bagus.

                Ji yong berhenti pada satu channel yang sedang menayangkan acara infotaiment, dan dalam acara itu muncul wajahnya. Ji Yong mengerutkan dahinya, ia memandang televisi itu dengan geram. Berita pagi ini menceritakan tentang Kwon Ji Yong yang terlibat scandal dengan para gadis di klub malam.

                Banyak foto-foto yang ditampilkan yang menunjukan bahwa JiYong sedang bermesraan dengan seorang gadis berpakaian minim di sebuah klub. “Itu foto seminggu yang lalu, siapa yang mengambil gambar itu dan menyebarkannya ke netizen?” Pikirnya dengan panik.

                “Kwon Ji Yong? Itu dirimu?” Tanya Yooriem setelah melihat berita di televisi itu.

                “Berisik, jangan banyak bertanya. Tugasmu pagi ini hanya cukup duduk disampingku, tidak bertanya.” Ucapnya dengan kasar.

                YooRiem pun langsung diam dibentak seperti itu, lebih baik jangan merusak mood baiknya di pagi hari atau akan mendapatkan pukulan lagi. YooRiem duduk di samping Ji Yong, dan tepat pada saat itu ponsel JiYong berbunyi.

                “Yeobboseyo, hyung-ah..” Ucap Ji Yong begitu mengangkat teleponnya.

                “Yah Kwon Ji Yong! Kau tahu berita di televisi itu?”  Itu adalah suara managernya yang menelepon.

                “Ne hyung, aku sudah melihatnya.”

                “Hanya itu yang kau ucapkan hah? Apa kau tahu kau sudah membuat gempar kantor pagi-pagi begini.”

                “Maaf.”

                “Sudah kukatakan padamu untuk berhati-hati jangan sampai kelakuan burukmu itu tertangkap kamera netizen! Tetapi sekarang foto-fotomu di bar sudah tersebar luas dimana-mana!!”

                “Maaf, lalu apa yang harus kulakukan untuk menjelaskannya?”

                “Ah, kau membuatku pusing. Pokoknya kau jangan keluar rumah sebelum kau mendapat kabar dariku, kau sekarang ada di apartemen rahasiamu itu kan?”

                “Ne.”

                “Bagus, jangan sampai keluar rumah. Aku akan secepatnya menghubungimu lagi nanti.”

                “Arasseo.”

                “Baiklah, sampai nanti.”

                Pembicaraan itu pun selesai, Ji Yong memegang kedua kepalanya yang terasa pusing tiba-tiba. Mengapa berita bodoh seperti itu harus muncul di pagi hari dan membuat moodnya memburuk dalam seketika.

                “Ji….” YooRiem baru saja hendak memanggil Ji Yong, namun ucapanya terhenti karena Ji Yong melempar remote TV itu dengan keras kearah layar TV didepannya ini. Ji Yong pun langsung meninggalkan meja makan dan kembali ke kamarnya dengan emosi dan belum sempat memakan sarapan paginya.

                YooRiem memandangi punggung lelaki ini yang berlalu, ia tahu pasti sekarang Ji Yong sedang sangat pusing karena scandal baru ini.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pukul sebelas malam, YooRiem sedang menyandarkan tubuh kurusnya yang penuh luka pada dinding kamar berlapis wallpaper bunga krisan. Ia mencoba untuk berfikir, tidak, mungkin ia tidak bisa berfikir lagi, ini terlalu gila.

                Para netizen jauh lebih hebat dan cepat, hanya dalam waktu empat jam mereka semua telah mengetahui nomor telepon rumah ini. Hal itu menyebabkan telepon yang berdering tanpa henti sejak tadi siang. Kwon Ji Yong yang tak tahan lagi memutuskan kabel sambungan telepon dan menghancurkan benda itu menjadi tiga bagian.

                YooRiem melangkah meninggalkan kamarnya, ia menuju kamar lelaki pirang itu. “Masih sama… Ia belum menyentuhnya sama sekali.” Ujarnya pelan, lebih pelan dibandingkan sebuah bisikan.

 Ia menyentuh ujung piring makanan yang sejak tadi pagi ia letakkan di meja kecil di depan pintu kamar JiYong. Ada tiga piring yang masing-masing berisikan makan pagi, makan siang, dan makan malam yang ia sediakan untuk Ji Yong. Satu piring telah pecah, Ji Yong ikut menghancurkannya  bersama telepon tadi sore.
            
    YooRiem memandangi daun pintu kamar lelaki itu, tak ada yang berbeda. Namun ia memikirkan apa yang terjadi di didalam sana, di balik pintu ini. YooRiem tak henti mengkhawatirkan keadaan JiYong yang masih mengurung diri dikamarnya. Ingin sekali rasanya masuk kedalam dan memeriksa keadaannya, membujuknya untuk menelan makanannya dan menenangkannya sejenak.

                Klek

                Pintu kamar itu terbuka, muncul wajah Kwon Ji Yong yang terlihat pucat. YooRiem dengan segera menghampiri lelaki itu. “Ada apa? Kau tak apa?” Tanyanya pada JiYong.

                “Masuklah, aku butuh bantuanmu.” Perintahnya.

                YooRiem menurutinya dan mengekori langkah Ji Yong masuk ke dalam kamarnya, dan bersamaan dengan itu, ia tercengang melihat bagaimana kamar ini telah berubah menjadi kapal pecah. Namun lebih menyeramkan, ada jejak darah yang tercetak dilantai berlapis karpet ini.

                “Ji Yong…” Panggil YooRiem lirih, menyadari apa yang terjadi pada telapak kaki lelaki itu.

                “Obati kakiku, aku butuh sembuh besok untuk bisa melakukan konfrensi pers.” Ujarnya seraya duduk bersandar pada tempat tidurnya dan menjulurkan kedua kakinya.

                YooRiem dengan segera keluar ruangan dan kembali semenit kemudian dengan kotak P3K ditangannya, wajahnya panik.

                “Apa yang terjadi? Apa yang kau lakukan pada kakimu?” Tanya YooRIem sembari tangan rampingnya mulai mengobati kedua telapak kaki JiYong yang luka parah dan masih mengeluarkan sedikit darah.

                “Diamlah, jangan banyak bertanya.” Jawabnya pelan namun tetap dengan intonasi yang keras.

                Gadis itu menurutinya dan kembali dengan cekatan mengobati luka-luka itu dan membalutnya dengan perban. YooRiem memperhatikan lelaki itu dari atas hingga bawah, banyak luka di tubuhnya. Mungkin sudah cukup banyak untuk dibilang jumlahnya sama dengan luka pada tubuhnya sendiri.

                YooRiem meraih lengan JiYong dan membersihkan pergelangan tangannya yang terluka. Ji Yong menatapnya dengan matanya yang sayu, memperhatikan dengan jelas setiap sentimeter bagian dari wajahnya. “Kang YooRiem….” Panggil Ji Yong.

                “Ya?” Jawab YooRiem, dan sedetik kemudian ia merasakan sesuatu menyentuh bibirnya. Kwon Ji Yong menciumnya.

                Dingin, bibirnya dingin…. Tidak… seluruh tubuhnya sedingin es. Dingin yang bisa YooRiem rasakan seperti menusuk rusuknya.

                Ji Yong menyudahi ciuman itu dan menatap gadis dihadapannya yang memandangnya dengan heran. “Ada apa? Kenapa kau menciumku?” Tanyanya.

                “Sarang…hae…” Ji Yong berucap, berbisik dengan sangat pelan namun YooRiem masih bisa mendengar ucapannya. Mendengar lelaki itu berkata ia mencintainya.

                YooRiem terdiam dan berhenti dari kegiatannya, tubuhnya gemetar. Apakah ini mimpi? Atau Kwon Ji Yong sedang mabuk? Atau dia mengiranya orang lain? Bermacam pikiran menyerbu kepala YooRiem saat itu juga, tubuhnya masih gemetar dan ia tak berkata apa-apa.

                Dua telapak tangan besar yang dingin milik Kwon Ji Yong memegang kedua pipi YooRiem, mengangkatnya dan membimbingnya untuk melihat kearahnya. JiYong menatap kedua mata YooRiem yang jernih itu dan mengelus lembut pipi gadis itu dengan ibu jarinya.

                “Aku… maafkan aku…” Ucap JiYong bersamaan dengan wajahnya yang langsung beralih dan menunduk, serta kedua tangannya yang mulai turun ke bahu YooRiem.

                “Ji…” Panggil YooRiem, suaranya sama gemetarnya dengan tubuhnya.

                Ji Yong kembali mengalihkan pandangannya pada YooRiem, ia kembali menatapnya. “Kau.. takut denganku? Takut padaku?” Tanya JiYong dengan lembut dan mata yang berkaca-kaca.

                YooRiem diam tak bisa menjawabnya, karena ia sendiri pun tidak mengerti bagaimana menjelaskan perasaannya kepada lelaki ini. Terlalu rumit untuk disampaikan dengan kata-kata.

                “YooRiem… lihat aku… Kumohon….” Pinta JiYong dengan suara yang lirih dan menggenggam jemari-jemari gadis ini.

                YooRiem pun menurutinya, ia mengangkat kepalanya dan menatap wajah pucat dihadapannya. Wajah lelaki yang dicintainya.

                Ji Yong tersenyum, senyum yang tulus.

                “Jangan diam saja, setidaknya jika kau tak bisa berkata apa-apa lanjutkanlah mengobatiku.” Ucap JiYong sambil tersenyum.

                Dengan sorot mata yang masih bingung YooRiem pun kembali mengobati lengan Ji Yong tanpa mengatakan apapun, begitu pula dengan Ji Yong yang tak berkata apa-apa lagi dan pandangannya hanya tertuju pada langit-langit kamar.

                “Yeah, finally I realise, that I’m nothing without you. I was so wrong, forgive me…”

                YooRiem mengangkat wajahnya untuk melihat kearah Ji Yong yang sedang menyanyikan lirik Haru Haru. Wajah lelaki itu masih saja menatap kea rah langit-langit kamar tanpa mengalihkannya sedikitpun, dan ia tetap menyanyi.

                “Yeah, I thought I wouldn’t be able to live even one day without you. But from what was expected, I’m getting along quite well by  myself….”

                “Ji…. Stop it.” Ucap YooRiem dengan pelan.

                Ji Yong mengalihkan pandangannya dengan perlahan, ia menatap gadis yang menunduk dihadapannya ini. “You hate me…. Isn’t it?” Tanya Ji Yong yang terlihat akan menangis.

                “Ji Yong, aku…”

                “ssst… sudah, aku tidak ingin dengar apapun. Aku hanya ingin mengungkapkannya.” Ujarnya sambil tersenyum kecil pada YooRiem. “Ah ya, aku punya satu permintaan.” Ucap Ji Yong.

                “Apa itu?”

                “Malam ini, tinggallah bersamaku disini. Hanya satu malam, mau kah?”

                “Eh?!”

                “Ayolah kumohon, hanya malam ini.” Pinta Ji Yong pada YooRiem yang masih terlihat bingung.

                “Baiklah…. Hanya kali ini saja..”  Jawab YooRiem pada akhirnya dan jawaban itu membuat Ji Yong mengangkat dua sudut di bibirnya dan membentuk sebuah senyuman yang manis.

                Satu jam kemudian setelah YooRiem selesai mengobati seluruh luka pada tubuh JiYong, serta sudah membereskan kamar ini. YooRiem merasakan lengannya ditarik lembut oleh jemari-jemari yang dingin.

                “Sudah cukup, aku ingin kau tidur sekarang. Kau terlihat sangat lelah.” Ujar JiYong seraya ia menariik YooRiem dan membimbingnya ke tempat tidur.

                “Baiklah…” Ucapnya menuruti apa yang JiYong katakan.

                Kini mereka berdua tidur bersisian di satu tempat tidur di kamar ini, hal ini pernah terjadi sebelumnya dan itu terjadi karena JiYong sedang mabuk berat. Yaa, silakan tebak sendiri apa yang terjadi pada saat itu.

                Ji Yong memadamkan semua lampu sehingga kamar ini menjadi gelap gulita, hanya dibantu oleh cahaya bulan yang sedikit menerobos gorden jendela kamar ini saja. Ia meregangkan lengannya dan ia meraih tubuh disampingnya dan membimbingnya masuk kedalam dekapannya.

                YooRiem menghela nafasnya dan memejamkan matanya, mencoba sebisa mungkin untuk memerintahkan jantungnya untuk berhenti berdebar. Kini wajahnya berada persis di dada milik Kwon Ji Yong, YooRiem bahkan bisa mendengar detak jantungnya yang berdetak seiring dengan nadinya. Sungguh suasana dan waktu yang sangat membahagiakan, merasakan dirinya berada dalam pelukan Kwon Ji Yong yang sangat ia cintai. Merasakan jari-jari tanggannya yang mengelus-elus punggungnya, lengan yang mengekangnya, dada bidang yang menghangatkannya, serta hembusan nafas yang terasa di ubun-ubun kepalanya.

                Rasanya bagai ia—Kang Yoo Riem—telah mencapai saat paling bahagia dalam hidupnya, ia hanya ingin waktu berhenti berputar pada saat ini, pada momen ini. Momen dimana Kwon JiYong begitu manis padanya.

Dan agar ia bisa terus merasa sangat dicintai Kwon Ji Yong, selamanya.
            
    “Saranghae saranghae saranghae….”’

                YooRiem dengan samar-samar mendengar Ji Yong membisikan kalimat itu, sebelum ia menyadari bahwa ia akhirnya terlelap.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

                Keesokan paginya dimana sinar matahari mulai menyelinap masuk ke kamar itu melalui celah-celah dari gorden kamar Ji Yong yang berwarna putih.  YooRiem membuka kedua kelopak matanya dan menyesuaikan matanya dengan cahaya yang ia terima, lalu ia menoleh kesisinya memastikan bahwa Kwon Ji Yong masih berada disampingnya, memeluk dirinya.

                YooRiem tersenyum melihat lelaki itu masih berada disampingnya sama saat seperti semalam. YooRiem memberanikan dirinya untuk memeluk lelaki itu, ia menjulurkan lengannya untuk memeluk Kwon Ji Yong dan menempelkan kepalanya di dada lelaki itu.

                “JiYong-ah…. Na do saranghaeyo…” Bisik YooRiem di dada bidang milik Ji Yong.

                Tak ada jawaban.

                YooRiem tercengang, ia membelalakan matanya seraya seluruh tubuhnya gemetar hebat. Ia menyadari sesuatu yang sangat tak ingin ia percaya, Kwon Ji Yong tidak bernafas.

                YooRiem menekan telinganya kearah dada kiri lelaki ini untuk memastikan apakah jantungnya masih berdetak, dan tak terdengar apapun. Tak terdengar suara detak jantung, detak yang sangat lemah pun tidak terdengar sama sekali.

                YooRiem bangkit dan ia memeriksa  berulang kali dan berkali-kali pada tubuh lelaki ini, memeriksa nadi pada lengannya dan lehernya, juga kembali mencoba untuk mendengar detak jantungnya. Setidaknya ia melakukan ini sebanyak sepuluh kali sampai ia sendiri merasa bahwa hal ini tidak berguna. Kwon Ji Yong telah mati.

                li sampai ia sendiri merasa bahwa hal ini tidak berguna. Kwon Ji Yong telah mati.

                Gadis itu tercengang, sangat shock mengetahui apa yang terjadi di hadapannya sekarang ini. Mengetahui bahwa lelaki yang dicintainya mati dipelukannya, dan betapa ironisnya ia belum sempat memberitahunya bahwa ia juga mencintainya. Membalas ucapan cintanya.

                Dengan air mata yang mengalir di pipinya ia beranjak turun dari tempat tidur untuk meraih ponsel JiYong, setidaknya ia perlu mengabari pihak keluarga dan manajemen. Namun sebelum ia menemukan ponsel itu, matanya menangkap sesuatu yang aneh di meja itu.

                Enam bungkus obat sakit kepala, gelas kosong, dan secarik kertas.

                YooRiem memperhatikan benda-benda di meja ini, dan mulai mencerna apa yang telah Ji Yong lakukan pada dirinya sendiri hingga seperti ini.

 Ji Yong mati bunuh diri.

Ia mati dengan meminum enam tablet obat sakit kepala pada saat yang bersamaan.

YooRiem terduduk lemas setelah menyadarinya, air mata yang tak bisa berhenti mengalir tak mampu ia kendalikan sama sekali. Masih belum bisa menerima bahwa ia telah kehilangannya, kehilangan orang yang sangat ia cintai, sangat ia kasihi dan pedulikan. Benar-benar sebuah kehilangan.

 Dengan gemetar ia meraih secarik kertas yang juga ada disitu. Sebuah kertas yang berisikan surat.

Don’t look back and leave.
Don’t find me again and just live on.
Because, I have no regrets from loving you,
                So only take the good memories.
                I can bear it in some way.
                I can stand it in some way.
                You should be happy if you are like this.
                Day by day it fades away….

                Oh, girl, I cry, cry………
                You’re my all…..
                Say goodbye…………………………………………………………………………………………………………..

No comments:

Post a Comment