Welcome to my journal :) My fantasy land that full filled with my randomness.

Friday, June 17, 2011

Am I Too Late? - Chapter 2

Am I Too Late? - Chapter 2
Author : Yuechara (Kartika Paramaswari)
Rating : PG-13
Genre  : Drama, Romance
Disclaimer : I own nothing. Except the story's plot.
 A/N : chapter ini cukup puanjang =_= hahaha sorry. maaf juga kalo jadinya aneh dan errr creepy? v_v gomenasai~~ but at least, please enjoy this :)

Here you go~~~~

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Yue? Ada perlu apa Massu dengan gadis itu?” Batinnya dalam hati, lalu karena penasaran ia pun membuka loker Yue dan melihat ada setangkai bunga mawar dan sebuah surat. Pikiran Tegoshi pun langsung bisa membaca maksudnya, Massu memberikan surat cinta kepada Shen Yue.
                
 Tegoshi menutup kembali loker gadis itu, lalu ia menuju lokernya. Ia menaruh tasnya dan mengambil buku pelajaran pertama dan tempat pensilnya lalu berjalan menuju tempat duduknya dan duduk disana. “Rupanya gadis itu punya banyak penggemar, Izawa, Tsuichi, Jun dan sekarang Massu.” Batinnya.

                “Kalau dipikir sih dia memang cantik, dan matanya yang tidak sipit itu membuatnya berbeda dari notabene orang Chinese pada umumnya.” Tambahnya lagi. “Oh, bagaimana reaksi Massu dan yang lainnya ya jika aku beritahu bahwa aku akan kerumahnya malam ini?” Pikirnya, sedetik kemudian ia tersenyum sendiri membayangkan apa reaksi mereka semua.

                “Kurasa sebaiknya aku tidak perlu memberitahu mereka, bisa bisa aku dihajar mereka semua nanti.” Batinnya lalu tertawa kecil.

                Sekitar lima menit sebelum bel masuk dimana semua anak-anak hampir sepenuhnya sudah berada di dalam kelas, Shen Yue baru masuk ke kelas. Ia masuk melalui pintu belakang kelas dan langsung menuju tempat loker yang terletak di bagian belakang. Saat membuka lokernya Yue pun menemukan setangkai bunga mawar dan surat disana, ya yang tadi Massu letakkan disana secara diam-diam.

                Yue mengambil mawar dan surat itu, dan saat itu juga Tegoshi yang melihatnya langsung berkata dengan suara cukup keras. “Kau dapat lagi? Itu surat cinta untukmu yang kesekian kalinya bukan? Sudah sekitar lima kali kau mendapat surat cinta di lokermu.” Ujarnya, lalu seisi kelas yang mendengar ucapan Tegoshi lagsung menoleh kearahnya, lalu kearah Yue yang masih memegang setangkai mawar dan surat itu.

                “Ya Tegoshi, wajar saja dia mendapat surat terus. Dia kan cantik, siapa yang tidak suka dengan gadis cantik?” Balas seorang siswa.

                Yue hanya diam saja, ia tidak memperdulikan apa yang diucapkan teman-teman sekelasnya. Bisa dibilang memang ia sudah terbiasa mendapatkan surat dan menghadapi situasi kelas yang seperti ini. Yue menaruh kembali mawar itu di lokernya sementara ia membawa surat itu ke tempat duduknya bersama alat tulis dan buku pelajaran. Saat ia duduk di bangkunya ia pun membuka amplop dari surat itu, lalu membuka dan membacanya.

Shen Bao Yue,
Ah, jika hanya menulis itu jauh lebih mudah dibandingkan mengeja namamu.
Hehehe J
Namamu sulit sekali diucapkan oleh lidah jepangku, namun kurasa hatiku juga menjadi lebih rumit dalam seketika jika aku melihatmu.
Bukan rumit dalam hal yang buruk pastinya, hatiku menjadi rumit karena melihatmu saja sudah membuatku berdebar kencang.
Shen Yue, aku melihat kamus mandarin dan menemukan bahwa arti namamu –yue—adalah bulan. Siapa yang memberimu nama itu? Ayahm? Ibumu? Atau anggota keluargamu yang lain?
Siapapun itu mereka pasti sangat hebat memilih nama yang sangat sesuai dengan dirimu.
Meskipun banyak orang yang mengatakan bahwa kau adalah orang yang dingin dan aneh, namun dimataku kau benar-benar seperti bulan. Kau cantik, wajahmu yang ketika tersenyum seperti memancarkan kebaikan dan kesejukan setiap kali aku memandangmu.
Mungkin aku terlalu banyak berbicara sekarang, hehehe J Tapi percayalah, semua yang ku ucapkan itu jujur dari apa yang kurasakan dan kulihat. Jadi jangan anggap aku sedang menggombal atau membual,hal itu tidak ada dalam kamusku. Hehe.
Yaaah, jadi inti dari surat ini adalah aku ingin bisa lebih dekat denganmu. Aku ingin bisa mengobrol denganmu, jadi aku tidak perlu hanya memandangmu jika aku melihatmu. Jika kita saling mengenal pasti kita akan bisa bertegur sapa satu sama lain jika berpapasan.
Aku tidak menginginkan lebih dari pertemanan J Aku hanya ingin berteman denganmu, itu saja.
Ah ya, aku tidak akan mengirim surat lagi. Namun aku akan menemuimu dan menyapamu, yaaah mungkin tidak sekarang, tetapi aku janji aku akan segera menunjukan siapa aku. Hehehe :p
Yasudah, hanya itu saja. Maaf sudah menyita waktumu hanya untuk membaca surat konyol dariku. Gomenasai.. Dan terima kasih,
M—

                Yue melipat kembali surat itu, lalu kembali menyimpannya didalam kotak pensilnya. Ia tidak bisa berkomentar, atau lebih tepatnya tidak mau berkomentar hanya untuk surat yang dianggapnya hanya sebuah surat biasa yang tidak memiliki arti apa-apa.

                Tetapi tak bisa dipungkiri bahwa Yue pun senang mendapatkan  surat-surat cinta untuknya, seperti ada kebanggan tersendiri bisa menerima bunga dan surat dari seorang pria.

Malamnya….
                Tok tok..


                Terdengar beberapa kali ketukan pintu dari arah luar flat. Sebelum membukakan pintu Yue sempat melirik kearah jam digitalnya yang menunjukkan pukul 7:32 pm. Dan Yue menduga bahwa yang datang adalah Tegoshi, lalu Yue pun segera bangkit dari meja belajarnya dan membuka menuju pintu. Ia mengintip sebentar siapa yang datang, dan benar seperti dugaannya, Yuya Tegoshi lah yang saat ini berada didepan pintu rumahnya.
 Image and video hosting by TinyPic
                Yue pun membukakan pintu untuknya lalu mempersilakan Tegoshi masuk. “Masuklah, diluar sangat dingin.” Ucap Yue mempersilakan.
                “Benar tak apa jika aku kedalam?” Tanya Tegoshi dengan ragu.
                “Ya, aku tak mau seseorang sakit hanya karena aku tidak mengizinkannya masuk kedalam rumahku.” Jawabnya.
                “Baiklah kalau begitu, aku masuk.” Ucapnya lalu ia melangkahkan kaki masuk kedalam flat Yue.
                “Masuk dan duduklah.”
                Tegoshi yang baru saja melepas alas kakinya langsung tertarik dengan gambar-gambar sketsa yang tertempel di dinding-dinding ruangan ini. Tegoshi melihat-lihat gambar-gambar itu sambil mengaguminya. “Kau pintar menggambar, semua gambar-gambar ini benar-benar indah dan terlihat hidup.” Ujar Tegoshi.

                “Terima kasih, tetapi aku jauh lebih butuh kritikmu mengenai gambar-gambarku dari pada pujian darimu.” Balas Yue sambil menyeduh teh hangat.

                Tegoshi duduk di lantai beralas karpet krem ini, dan dihadapannya sudah ada meja pendek yang memang disesuaikan dengat tempat duduk bersifat lesehan seperti ini. “Kau mau aku memberi kritik? Apa kau yakin ingin mendengar kritik tentang gambar-gambar sketsa dari orang sepertiku?” Ujar Tegoshi sambil tertawa.

                “Oh ya, aku lupa kau hanya bisa tidur dan bermain.” Ujar Yue.
                “Hey, jika aku hanya bisa tidur dan bermain mana mungkin sekarang ini aku ada dirumahmu untuk mengerjakan tugas.” Ujar tegoshi.

                “Itu karena aku yang memintamu, jika aku tidak mengingatkan aku yakin kau pasti akan cuek saja dengan tugas ini. Betul kan?”
                “ah… yaa betul juga sih.” Jawabnya sambil sedikit tertawa dan tersenyum.

                Yue membawa satu nampan berisikan dua cangkir the hangat dan dua slice strawberry shortcake dan menaruhnya dimeja yang dihadapan Tegoshi. “Silakan.” Katanya menawarkan lalu ia duduk tak jauh dari tempat Tegoshi.

                “Terima kasih.”
                “Ya, yasudah sebaiknya sekarang kita mulai saja. Tak baik menampungmu hingga larut malam.” Ujar Yue, lalu mereka pun mulai membahas materi tentang tugas mereka berdua.
 
                Rupanya tugas ini membuka mata Tegoshi terhadap gadis didepannya ini, ia akhirnya mengetahui bahwa Yue adalah gadis yang baik dan ramah. Yue bahkan melontarkan lelucon konyol yang tak terpikirkan oleh tegoshi sama sekali. Rasanya ia seperti melihat dua orang yang berbeda, namun setelah ia sadari bahwa yang ia lihat sekarang ini adalah shen yue yang sebenarnya.
                

“Oi~ Mengapa kau berbeda sekali dengan disekolah?” Tanya Tegoshi setelah mereka selesai mengerjakan tugas mereka malam itu.

                 “Eh? Maksudmu?” Tanya Yue sambil meregangkan otot-otot tangannya yang kaku.

               “Hmm, dikelas kau sangat dingin dan jarang sekali berbicara. Sebelum tugas ini, aku hanya mendengar suaramu jika kau disuruh membaca oleh sensei.” Ucap Tegoshi. “Lalu kau juga jarang bergaul dan itu membuat orang-orang disekitarmu merasa takut untuk mendekatimu.” Jelasnya lagi.

               “Benarkah aku begitu dikelas?” Tanya Yue.

                “Hu um” Jawab Tegoshi sambil mengangguk. “Kau selalu memasang wajah dan tatapan dingin kepada setiap orang. Seperti ini..” Tegoshi pun mencoba menirukannya pada Yue, dan gadis itu tertawa melihatnya.

                “Nah, begini lebih baik.” Ujar Tegoshi.
                “Eh?”

                “Wajahmu yang tertawa, wajahmu yang memasang senyum jauh lebih baik dibandingan memasang wajah dingin seperti tadi. Mengapa kau tidak menerapkannya dikelas juga?”

                Yue memasang wajah serius, ia meluruskan kakinya dan mengangkat kedua bahunya. “Sebenarnya aku sangat ingin berteman dengan semua orang, tetepi rasanya aku masih belum bisa berbaur dengan semua orang disana. Berbaur dengan kalian yang, hmmm… yang sudah memiliki kelompok bermain sendiri. Rasanya aku tidak enak untuk menyelip masuk kedalam lingkaran kelompok itu.” Jelas Yue panjang lebar.

                “Begitukah?” Tanya Tegoshi, ia mendengarkan dengan sangat serius.
                “Hu um” Yue mengangguk. “Lagipula aku masih belum bisa beradaptasi menurutku, bahasa jepangku saja sangat kacau kan? Karena itu juga aku dan kalian pasti akan sangat sulit untuk berkomunikasi.” Ujarnya.

                Tegoshi menegakkan badannya yang tadi bersandar pada dinding kamar. “Tetapi kau ingin berteman dan bermain bersama kami kan?” Tanya Tegoshi dan disambut dengan anggukan dari Yue. “Baguslah, kami selalu mengira kau tidak senang jika diganggu. Kau selalu menggambar di jam istirahat, itu yang membuat teman-teman dikelas merasa tidak enak untuk mengganggumu hanya untuk mengajak ngobrol yang tidak perlu.”

                “Ah… aku tak bermaksud begitu.. aku hanya sangat suka menggambar, dan kadang aku juga membuat sketsa wajah teman-teman sekelas. Itu semua karena aku sangat suka menggambar, tetapi aku tidak keberatan sama sekali jika ada yang mengajakku mengobrol saat aku sedang menggambar.” Jelas Yue.

                Tegoshi tersenyum, lalu ia mendekatkan badannya lebih mendekat pada meja. “Nah Shen Yue, apa kau ingin melakukan sesuatu agar bisa bersosialisasi dengan teman-teman yang lain?” Tanya Tegoshi dengan antusias.

                “Hmm tentu saja, kurasa sudah saatnya aku  memiliki teman.” Jawabnya. “Ah ya, namaku Shen Yue—tsen yue—bukan syein yue.”

                “Lupakanlah namamu begitu sulit.” Ucapnya “Nah sekarang yang pertama kali harus kau lakukan adalah membuang wajah dan tatapan dinginmu itu ketika berhadapan dengan teman sekelas.” Jelasnya.

                “Caranya?”

                “Tersenyum, dan ucapkan salam ketika masuk kelas dengan wajah riang yang penuh dengan senyuman.” Ujar Tegoshi menjelaskan dan ia juga memberi contoh wajah yang ramah, dan Yue kembali tertawa melihat wajah lelaki itu terlihat sangat lucu.

                “Lalu jika kau sudah bisa melakukannya, tahap kedua adalah kau harus bisa mengajak ngobrol teman-teman. Mulailah dari yang duduk paling dekat denganmu, dan jangan lupa ketika kau membuka pembicaraan kau harus tetap memasang senyum dan wajah ramah, ingat itu.”

                “Dan setelah kau bisa mengobrol dengan banyak orang, maka orang-orang pun juga tidak akan merasa canggung ataupun takut untuk mengajakmu berbicara dan bermain bersama mereka.” Jelasnya lagi. “Astaga, aku tak menyangka harus mengajarkanmu cara bersosialisasi.” Ucapnya.

                “Hei, aku kan tidak memintamu untuk melakukannya. Kau saja yang tiba-tiba sok memberi nasihat untukku.” Balas Yue dengan nada bercanda.

                Tegoshi tertawa kecil. “Aneh ya, aku adalah murid yang bolos sekolah selama seminggu dan sekarang aku memberikan nasihat kepada murid ter-rajin dikelas.” Ucapnya lalu ia menyuapkan potongan cake ke mulutnya.

                “Aku bukan yang ter-rajin, Sawada lebih pantas mendapatkan julukan itu.” Ucapnya. “Ah ya, mengenai kau tidak masuk selama seminggu itu… apa alasannya?” Tanya Yue pelan.

                “Hm? Soal itu ya... aku pergi ke rumah sakit.” Jawab Tegoshi sambil menunduk untuk menyendok potongan kue lagi.

                “Rumah sakit? Kenapa?” Tanya Yue lagi.

                “Ayahku dirawat disana, hepatitis, saat itu kondisinya sangat kritis. Disini tak ada lagi anggota keluarga kami kecuali aku, ibuku sudah meninggal, aku anak tunggal, dan sementara kakekku berada di Jerman dan setiap bulan mengirimi uang kepadaku untuk biaya pengobatan Ayah. Maka akulah yang saat itu harus menemaninya selama 24jam.” Jelas Tegoshi, Yue mendengarkannya dan merasa sedih padanya.

                “I’m so sorry to hear that…” Ujar Yue bersimpati.
                 “It’s okay.” Jawabnya sambil tersenyum.

               “Mmm… lalu apakah ayahmu sekarang sudah sembuh dan sudah kembali kerumah?” Tanyanya.

                Tegoshi menggeleng pelan. “Belum, kondisinya sudah membaik, ah tidak, jauh lebih baik dibandingkan dengan masa kritis itu. Namun tetap saja ia masih belum sehat, ia masih harus bergantung dengan obat-obatan, peralatan kedokteran yang canggih, dan juga pengawasan ketat dari dokter. Jadi ia masih harus dirawat disana.” Jelasnya dengan wajah yang tenang.

                “Oh.. begitu. Sampaikan salamku kepada ayahmu jika kau mengunjunginya.” Ucapnya sambil tersenyum.

                “Baiklah, akan kusampaikan padanya. “ Balas Tegoshi, ia juga membalas senyum gadis itu.

                Setelah itu tak terdengar suara apapun lagi, mereka berdua seperti sibuk dengan pikiran mereka sendiri selama beberapa saat. Lalu Tegoshi pun bangkit dan mengatakan sesuatu, ia berpamitan.

                “Ja~ menginggat tugas kita sudah selesai dan hidangan ini juga sudah habis kurasa sudah waktunya aku pulang.” Ujarnya lalu ia bangkit dari duduknya dan mengambil jaketnya yang tersimpang di sampingnya.

                “Hm baiklah, hati-hati dijalan.” Ujar Yue ikut bangkit dari duduknya dan ia melangkah menuju pintu flatnya untuk mengantar lelaki itu.

                “Ah Yue, apa kau sudah makan malam?” Tanya Tegoshi secara tiba-tiba sementara Yue sedang bersiap membuka pintu.

                “Eh? Makan malam. Belum, aku membaca novel sejak pulang sekolah dan kau dating jadi aku belum sempat makan malam.” Jelasnya. “Memang kenapa?”

                Tegoshi mengenakan jaket hitam bermotif tengkorak miliknya itu. “Sebenarnya aku juga belum makan malam, dan sekarang perutku lapar. Apa kau ingin makan malam di luar denganku? Anggaplah aku ingin membalas jasa atas kue dan teh mu itu.” Ucap Tegoshi menawarkan.

                Yue berfikir sejenak sambil melirik jam digital di meja belajarnya yang menunjukkan pukul 20:45. “Masih belum terlalu larut, dan aku juga kepingin makan diluar. Tunggulah diluar sebentar, aku akan berganti pakaian dulu.” Ujar Yue pada Tegoshi dan ia pun menurutinya untuk menunggu gadis itu diluar selama beberapa menit.

                Dan Yue pun keluar dari flat-nya mengenakan celana jins dan mantel yang cukup tebal untuk membantu menghangatkan dirinya dari dinginnya malam di musim dingin. Image and video hosting by TinyPic Dan dalam waktu sepluh menit mereka telah sampai di restoran cepat saji terdekat dari situ.

                Yue dan Tegoshi sedang duduk berhadapan di meja makan itu sambil menikmati hidangan mereka masing-masing. Sesekali terdengar mereka mengobrol, namun lebih banyak mereka diam dan makan dengan tenang. Rupanya perut mereka lebih lapar dibandingkan yang mereka perkirakan sendiri.

                “Tegoshi…”

                Tegoshi menoleh melihat ada seseorang yang memanggil namanya ke arah sumber suara itu. Dan dalam sekejap mata ia telah menemukan siapa yang memanggilnya, itu Massu. Image and video hosting by TinyPic

                “Oi massu!” Balas tegoshi dengan cengiran dan memanggilnya mendekat sementara yue hanya diam dan memperhatikan mereka sambil terus menikmati hidangannya.

                Kini Massu sudah berada di samping mereka, ekspresi wajahnya terlihat sedikit aneh namun tetap memasang senyum, termasuk pada Yue.

                “Apa yang kau lakukan disini?” Tanya Tegoshi, lalu ia menarik bangku disebelahnya untuk mempersilakan massu duduk.

                Massu pun duduk diantara Yue dan Tegoshi. “Tidak, aku hanya kebetulan lewat saja. Kau sendiri? Apakah.. kalian berdua berkencan?” Tanya massu dengan hati-hati.

                “Tidak, kami hanya makan bersama.” Jawab Yue dengan cepat. Dan Massu menganggukkan kepalanya lalu bibirnya membentuk huruf ‘O’.

                “Ah ya, Massu, mungkin kau sudah mengenalnya namun kali ini biarkan aku yang mengenalkan Yue padamu.” Ucap tegoshi.

                “Tidak perlu, aku sudah tahu siapa dia. Yang kuperlukan hanya memperkenalkan diriku sekarang.” Ujar massu dan mereka berdua—ia dan Tegoshi—tertawa kecil.

                Massu mengalihkan pandangannya pada Yue yang sedang menatapnya dengan mata jernihnya, jantung Masuda berdebar kencang pada saat itu, ia lupa akan kenyataan bahwa gadis ini memiliki mata yang luar biasa cantiknya yang mampu membuatnya menahan nafas. Image and video hosting by TinyPic

                Massu tersenyum ramah padanya, lalu ia menyodorkan tangannya pada gadis itu. “Shen Yue, perkenalkan, aku Masuda.”

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------TBC

1 comment:

  1. Hey... apa anda tidak berniat meneruskan ff ini?
    Aku selalu menunggunya,salam kenal.

    ReplyDelete