Welcome to my journal :) My fantasy land that full filled with my randomness.

Friday, July 19, 2013

Letting you go (oneshot)

Title            : Letting you go
Author         : Yuechara15
Cast            : Cho Kyu Hyun & Lee Dong Hae (Super Junior), Kim Soo Hyun (OC)
Rating         : PG13
Genre          : Romance, Angst
Disclaimer  : I own my plot, Cho KyuHyun and Lee DongHae is belong to SME.
Type            : Oneshoot
Words         : 3,781 words
Summary    : “Jika kau tidak membenciku, apakah mungkin kau mencintaiku?”

A/N   : A sequel to Without Words. You can read it separately but it’s better to read the previous one i think :) Enjoy this, Comments are love~! -Yuechara15


Malam tahun baru, dimana sisa-sisa perayaan natal masih terpajang jelas disepanjang jalan kawasan pinggir kota itu. Toko-toko yang masih memajang pohon natal sebagai hiasan beserta ornamen lainnya seakan memancarkan kehangatan natal yang masih terasa. Cho Kyuhyun tersenyum sembari  menyusuri jalanan yang dahulu sering dilaluinya sebelum dirinya pindah ke pusat kota. Ia datang kembali ke tempat ini untuk menemui seseorang, dan sesuatu yang sepertinya tertinggal olehnya.



KyuHyun melirik jam tangan miiknya, tepat menunjukkan pukul 7 malam. “Waktu yang tepat untuk makan malam.” Ujarnya dalam hati sambil melirik kearah bungkusan makanan yang dibawanya. KyuHyun pun kembali tersenyum ketika ia menerka-nerka apa reaksi gadis itu nanti.

Derap langkah kakinya dengan jelas terdengar ketika menaiki anak-anak tangga gedung flat sederhana itu. Oh, bahkan KyuHyun sangat merindukan bunyi derit salah satu anak tangga yang terbuat dari kayu itu, ah tidak, ia merindukan setiap detail dari gedung flat ini.

Kini ia berdiri di depan sebuah pintu kamar flat, pintu yang sangat dikenalinya, bahkan ia ingat betul dengan gagang pintu ini yang sering kali terlepas. Seketika itu rasa cemas seperti menghantuinya, senyumnya terlihat canggung dan kegelisahan itu tergambar dengan jelas.

Ya, ia memang memikirkan kejadian-kejadian yang terjadi selama delapan bulan terakhir itu, dimana banyak hal yang terjadi secara tak terduga dan bagaimana hatinya seperti melonglong meminta sesuatu untuk kembali. Sesuatu yang belakangan diketahuinya hanya dimiliki oleh gadis penghuni kamar flat ini.

“Semoga ia tidak marah padaku dan tidak membenciku. Jebal jebal…” Ujar KyuHyun mengangkat kedua tangannya, memejamkan kedua matanya dan berdoa agar skenario terburuk yang terlintas di otaknya tidak akan terjadi.
“Yosh, fighting!” Seru KyuHyun dengan pelan pada akhirnya. Ia pun mulai memberanikan dirinya untuk mengetuk pintu dihadapannya ini.
……..
Tak ada jawaban.
KyuHyun mengetuk lagi daun pintu itu…sekali lagi… dua kali… tiga kali………. Sebelas kali.
Tetap tidak ada jawaban.
KyuHyun berjinjit mencoba mengintip keadaan dalam ruangan dari ventilasi udara diatas pintu itu, dan yang terlihat hanya kegelapan. KyuHyun melirik jam tangannya, pukul  7:18. “Tidak biasanya dia belum pulang jam segini, hmm….” Pikirnya, ia juga memikirkan beberapa kemungkinan alasan mengapa gadis itu belum juga kembali ke flatnya.
Dengan bersandar pada dinding bercat pastel yang sudah terlihat kusam itu, KyuHyun mengeluarkan ponselnya, mencari sebuah kontak dan memberanikan diri untuk meneleponnya. Diletakkannya ponsel itu ditelinga kanannya, wajahnya yang penuh kecemasan semakin terlihat jelas.
“Maaf, nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan….”
KyuHyun dengan segera langsung memutuskan hubungan telepon itu ketika mendengar suara mesin operator yang menjawabnya. KyuHyun pun akhirnya terduduk di depan kamar flat ini, udara di musim dingin di kota Seoul ini seperti menusuk ke tulangnya, terlebih lagi sekarang malam hari. Ia melirik kantong plastik berisi box-box yang berisikan sushi buatannya yang sudah mulai mendingin, kekecewaan kini nampak pada raut wajahnya. Saat ini, tidak ada hal lain yang bisa dilakukannya selain menunggu.
Meski pada akhirnya yang ditunggunya tidak kembali malam ini, tidak akan pernah kembali.
——————————————————————————————————————————-
“SooHyun-ah!”
Mendengar namanya dipanggil oleh seseorang, Kim SooHyun menoleh kearah sumber suara itu. Seorang pria berambut pirang-kecoklatan sedang mendekat kearah dirinya sambil tersenyum lebar.
“Cheerful as usual, ne?” Ujar SooHyun ketika laki-laki itu telah berdiri disampingnya.
“Tentu saja, jika ada dirimu, duniaku terasa ikut tersenyum juga.” Jawab lelaki itu masih dengan senyum cerianya.
“Another cheesy words, hahaha kau gak capek ya ternyata.” Ucapnya. “Sudahlah, mari kita pergi. Kajja.” Ajak SooHyun dan lelaki itu pun mengikutinya.
Lelaki itu menyamakan langkahnya dengan SooHyun, masih dengan penuh senyum berjalan bersisian dengan gadis itu. Mungkin memang terdengar seperti kalimat rayuan biasa, tetapi apa yang lelaki itu ucapkan tadi bukanlah sebuah kebohongan. Ia mengatakannya dengan apa adanya.
——————————————————————————————————————————-
Pagi ini Cho KyuHyun kembali menapaki jalan-jalan yang dilaluinya semalam, sambil menghirup udara segar pagi hari ia menyembunyikan kedua telapak tangannya di saku mantel hitam yang dikenakannya dan membiarkan otaknya menelusuri fakta yang baru saja di dengarnya dari pemilik gedung flat itu.
Wajah lesu dan ekspresi kekecewaan menyelimuti KyuHyun pagi itu. Setelah megetahui bahwa SooHyun sudah pindah dari flat itu sejak tiga bulan yang lalu, kegelisahan, penyesalan dan rasa bersalah yang menerjangnya semakin kuat dirasakannya, seakan-akan mengikat dirinya pada sebuah tali yang semakin membuat sesak.
Dirinya semakin merasa bersalah telah meninggalkan SooHyun pada saat itu, membuat KyuHyun semakin menyesalinya. Kini ia merindukan senyum hangat dan tawa renyah gadis itu, dan semua bagian dari seorang Kim SooHyun, ia merindukannya. Sangat.
——————————————————————————————————————————-
Di sebuah coffee shop terlihat Kim SooHyun sedang duduk menikmati white latte yang dipesannya bersama dengan pria yang sama, pria pirang-kecoklatan itu. Gurauan-gurauan yang mereka berdua saling lontarkan satu sama lain hingga kadang pengunjung lain dapat mendengarnya.
SooHyun menyeruput kembali white latte miliknya, lalu mengalihkan perhatiannya sejenak pada laptop miliknya yang terletak di hadapannya. Sementara lelaki berambut pirang-kecoklatan itu terus memperhatikan gerak gerik gadis dihadapannya ini, tatapan mengagumi yang selalu diperlihatkannya tatkala berhadapan dengan SooHyun. Entah sejak kapan, tetapi yang jelas lelaki ini sadari, ia telah jatuh cinta pada SooHyun.
“DongHae-ya, kenapa memandangku terus?” Tanya SooHyun pada akhirnya setelah dirinya dipandangi selama satu menit.
Lelaki yang dipanggil DongHae itu pun seakan terbangun dari hipnotis, lalu ia tersenyum. “Hanya mengagumi sosokmu, seperti biasa.” Ujarnya.
“Terus saja menggombal, nanti para fans-mu di kampus benar-benar mengira kau jatuh cinta padaku tahu.” Ucap SooHyun.
“Memang demikian adanya. Aku jatuh cinta padamu.”
——————————————————————————————————————————-
Matanya menatap dengan kaget, ekspresi wajahnya memancarkan kebingungan bercampur dengan kekagetan ketika ia melihat sesosok pria berada di depan gerbang apartemennya. Pria yang tidak ingin ditemuinya, pria yang meninggalkannya.
Kim SooHyun masih terpaku ditempat dan tak dapat berkata apa-apa, kedatangannya yang secara tiba-tiba ini membuat ia bertanya-tanya bagaimana caranya Lelaki itu mendapatkan alamat barunya, apa tujuannya datang kembali dan menemuinya, juga berbagai petanyaan lain yang berseliweran dikepalanya.
“Hai, lama tak jumpa.” Sapa pria itu, Cho KyuHyun.
SooHyun terdiam beberapa detik, berusaha menatap wajah pria yang telah beristri ini. “Kyuhyun oppa…“ Ucapnya dengan pelan, ragu.
KyuHyun berjalan mendekat kearah SooHyun hingga ia berada persis di hadapannya. “Kau sudah pindah dari flat itu ya? Aku kemarin mencarimu kesana, aku bahkan hampir mati kedinginan menunggumu diluar.“ Ujar KyuHyun bercerita pada gadis itu.
“Begitukah?” Hanya satu kata itulah yang bisa dikeluarkan oleh gadis ini pada saat seperti ini. Melihat wajah lelaki ini saja sudah membuatnya hancur kembali, ia belum sepenuhnya merelakannya pergi. Namun ia berusaha, berusaha untung melupakan seorang Cho KyuHyun. Namun kini lelaki itu muncul kembali dihadapannya, bagaikan merobek kembali luka-luka yang sudah dijahit, belum sembuh sepenuhnya tetapi sudah terbuka lagi.
“Ya, aku menunggumu semalaman, Kim SooHyun.” Tukas KyuHyun.
SooHyun terdiam, tidak tahu harus berucap apa. Yang ia inginkan saat ini hanya pergi sejauh mungkin dari hadapan lelaki ini.
Melihat SooHyun yang tak berucap apapun dan hanya berdiri di tempatnya tanpa menatapnya membuat perasaan bersalah yang dimilikinya semakin membesar dan menyayat hatinya. Ia tahu, ia membuat gadis ini menjadi down dengan perpisahan mereka delapan bulan yang lalu.
“Ya….katakan…. apa kau… membeciku?” Tanya KyuHyun pada gadis dihadapannya ini.
SooHyun memalingkan wajahnya untuk memandang lelaki di hadapannya ini. “Aku tidak membencimu.” Jawabnya.
“Jika kau tidak membenciku kenapa kau pindah, mengganti nomor ponselmu tanpa memberi tahuku? Dan kau…. Kau bahkan tidak datang ke pernikahanku.” Ujarnya “Katakanlah, apakah kau benar-benar membenciku?” Tanyanya sekali lagi, tatapan marah dan kecewa milik KyuHyun itu menatap lurus kearah gadis itu.
SooHyun menatap KyuHyun dengan matanya yang sekuat tenaga menahan agar air mata yang sudah terbendung itu tidak keluar. Ia menatapnya dalam-dalam bagaikan mengobservasi bola mata hitam milik KyuHyun, ada sedikit kerinduan akan matanya yang ramah itu. Beberapa detik lamanya SooHyun menatapnya, ia mulai menggerakkan bibirnya mencoba mengucapkan sesuatu….
A phone call~ phone call~ phone call~~
Suara ponsel memecah keheningan diantara mereka berdua, SooHyun merogoh tasnya dan mencari-cari dimana ponselnya itu. Ia melihat nama pemanggil di layar ponselnya Lee DongHae.
“Yeobosseyo?” Ucap SooHyun setelah ia mengangkat panggilan itu.
“Ya, SooHyun-ah, kau dimana?” Terdengar suara Lee DongHae di sana.
“Aku sedang berada di depan apartemenku, ada apa?”
“Kau ini, kau meninggalkan dompetmu tahu. Aku sedang menuju taman dekat apartemenmu, kau kesana sekarang ya, akan kukembalikan disana.” Ujar DongHae.
“Apa? Baiklah aku akan kesana.” Jawab SooHyun.
“Oke, cepat ya, aku sudah akan sampai nih.”
“Arasseo.” Jawab SooHyun dan ia pun mematikan sambungan telepon itu.
Tepat ketika ia memasukan ponselnya kedalam tas, ia kembali berhadapan dengan KyuHyun. Saat ini betapa inginnya ia agar Lee DongHae meneleponnya selama tiga jam agar ia bisa lupa bahwa ada lelaki ini dihadapannya.
“Maaf, aku harus pergi, kau juga sebaiknya kau juga pulang. Tempat ini sangat jauh dari rumahmu.” Ucap SooHyun padanya lalu berbalik dan bersiap melangkah, namun sebuah tangan besar menahan bahunya dan membalikan badannya agar kembali menghadapnya.
“Kumohon jawablah, hanya satu kata. Ya atau tidak. SooHyun-ah apakah kau membenciku?” Ujar KyuHyun masih berusaha membuat gadis ini menjawab pertanyaannya.
SooHyun menelan ludah ketika KyuHyun bertanya padanya sekali lagi, ia tidak tahu harus menjawab apa. Perasaan ini bukanlah benci. “Tidak. Sudah kukatakan aku tidak membencimu.” Jawabnya lalu membebaskan diri dari pegangan KyuHyun dan mulai melangkah pergi.
“Kim SooHyun!” Panggil KyuHyun pada gadis itu.
Langkah SooHyun terhenti mendengar namanya dipanggil, tetapi ia tak menoleh kearahnya ia tetap memunggungi lelaki itu.
“Jika kau tidak membenciku, apakah mungkin kau mencintaiku?”
SooHyun merasakan jantungnya berdebar jauh lebih cepat dari biasanya, ekspresi wajahnya memancarkan kekagetan dengan jelas. Ia tak menyangka KyuHyun akan melayangkan pertanyaan itu.
Selangkah, dua langkah, tiga langkah dan akhirnya SooHyun melangkah menjauh meninggalkan KyuHyun. Ia tak akan menjawab pertanyaannya, ia tak ingin perasaan yang sudah hampir terkubur itu kembali.
——————————————————————————————————————————-
Lee DongHae sudah berdiri di taman itu sejak lima menit yang lalu, namun belum juga bertemu dengan SooHyun. Gadis itu berjalan dengan lambat sekali, pikirnya. Ia memasukan kedua tangannya kedalam saku mantel cokelat miliknya mencoba menghangatkan jemari-jemarinya yang mendingin.
Di jalan depan taman ini terlihat seorang gadis yang sedang berjalan menghampiri, dengan sekejap DongHae bisa mengetahui bahwa gadis itu adalah SooHyun. Ia tersenyum bersemangat ketika melihat gadis itu datang, matanya berbinar seperti melihat seorang dewi. Namun SooHyun terlihat aneh, ia berjalan sedikit menunduk seakan menyembunyikan wajahnya dan ia berjalan dengan lambat seperti takut langkah-langkahnya bisa menghancurkan jalanan ini.
“SooHyun-ah..” Panggil DongHae pada gadis itu, ia pun menghampirinya.
Gadis itu menghentikan langkahnya setelah mengetahui bahwa Lee DongHae sudah berada di hadapannya, namun kepalanya masih menunduk. “Ya, Kim SooHyun, kau kenapa tak mau menatapku?” Tanya DongHae pada gadis itu, lalu ia menunduk dan mencoba melihat wajah gadis itu.
DongHae tercengang melihat sebulir air mata jatuh ke pipi gadis di hadapannya ini, apa yang terjadi? “SooHyun-ah, kau kenapa? Kenapa menangis?” Tanya DongHae dengan sedikit panik.
SooHyun tidak berkata apa-apa, hanya menjawabnya dengan isakan dan air matanya yang mengalir semakin menjadi.
DongHae menatap gadis dihadapannya ini, SooHyun bukanlah seseorang yang mudah memperlihatkan kesedihannya pada orang lain. Pasti ada sesuatu yang terjadi hingga membuatnya menangis seperti ini, pikirnya.
“SooHyun-ah…….” Dengan sedikit ragu DongHae meraih kedua bahu gadis itu, lalu membimbingnya menuju pelukannya.
Ia tak tahu apa yang terjadi, ia tak tahu pula apa yang harus dilakukannya untuk membuat SooHyun berhenti menangis. Jadilah yang ia lakukan hanya memeluknya, membiarkan gadis itu menangis dipelukannya.
——————————————————————————————————————————-
Aku ingin bertemu denganmu.
Bisakah kita bicara?
-Cho Kyu Hyun
            Pesan itulah yang masuk ke ponsel SooHyun siang itu, ia baru saja mengecek handphone-nya setelah kelas kuliah selesai. Darimana lelaki itu bisa mendapatkan nomor ponsel barunya, pikirnya. Lalu ia pun terdiam, berusaha berfikir apa yang harus ia jawab. Ia juga menanyakan pada dirinya sendiri, apakah ia sanggup bertatap wajah dengan seorang Cho KyuHyun?
SooHyun terdiam selama semenit, lalu jemarinya mulai mengetik sebuah balasan.
Baiklah.
-Kim Soo Hyun
Ia pun menekan tombol ‘send’. Lima belas detik kemudian, sebuah pesan masuk dari KyuHyun datang.

Baiklah, aku tunggu kau di coffee shop dekat kampusmu jam tiga nanti.
-Cho Kyu Hyun

Arasseo.
-Kim Soo Hyun
            SooHyun memasukkan ponselnya kedalam saku jeans yang dikenakannya lalu ia terdiam. Ia akan bertemu lagi dengan KyuHyun, dengan lelaki itu. SooHyun menarik nafas dalam dalam mencoba rileks dan menghilangkan rasa takut yang menyelimutinya. Ia berjanji pada dirinya ia tak akan mengakhiri hari ini dengan menangis.
“SooHyun-ah!” Panggil seseorang pada SooHyun sambil tersenyum menghampiri gadis ini.
“Hey.” Jawab SooHyun dengan senyum tipisnya.
“Ada apa? Kenapa kau tadi bengong di pinggir jalan begitu?” Tanya lelaki itu, Lee DongHae, kepada SooHyun.
“Aniya, tidak ada apa-apa. Hanya sedang lapar.” Jawab SooHyun, sedikit berbohong, walaupun ia benar sedang kelaparan.
“Yah, sayang sekali aku ada kelas sepuluh menit lagi. Kita tidak bisa makan siang bersama. Ah! Sebagai pengganti makan siang bagaimana seusai kelasku nanti kita ke coffee shop? Tenang saja, aku yang traktir.” Ujar DongHae dengan riang.
“DongHae-ya, maaf sekali aku sudah ada janji. Mungkin lain kali, tak apa kah?” Jawab SooHyun pelan, ia takut mengecewakan DongHae.
DongHae tersenyum “Gwenchana, kita bisa mampir lain waktu, tapi kau yang traktir ya? Hahahaha.” Tukasnya.
SooHyun pun membalasnya dengan senyum riang “Baiklah baiklah, aku akan mentraktirmu. Sudah sana pergi, nanti kau terlambat.”
“Oke oke, sampai nanti.” Ujar DongHae lalu ia pun melambaikan tangannya pada SooHyun dan mulai melangkah menuju kelasnya.
——————————————————————————————————————————
Suasana begitu awkward di meja nomor 6 di coffee shop ini, dimana Kim SooHyun sedang duduk berhadapan dengan Cho KyuHyun yang tidak melepaskan pandangan matanya. Seorang waiter datang membawakan pesanan mereka berdua, SooHyun pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada waiter itu.
“Kau bisa tersenyum pada orang lain tetapi tidak padaku.” Tukas KyuHyun pada SooHyun tepat ketika sang waiter pergi menjauh dari meja mereka.
SooHyun tergelak, ia menatap KyuHyun. “Apa maksudmu?” Tanyanya.
KyuHyun terlihat frustasi, ia mengacak-acak rambutnya dan mengerang. “Kenapa kau begini kepadaku?! Katakanlah, apakah aku benar-benar salah tidak mengucapkan salam perpisahan secara langsung padamu delapan bulan yang lalu?” Tanyanya, wajahnya benar-benar terlihat sangat frustasi menghadapi gadis ini.
SooHyun meghela nafas, menyeruput vanilla latte miliknya lalu menatap pria dihadapannya. “Mengenai kepindahanmu delapan bulan lalu… ya, aku sangat kecewa kau bahkan tidak menemuiku untuk mengucapkan salam perpisahan. Bahkan aku tak tahu apa-apa mengenai kau membeli rumah, tahu-tahu kau sudah menghilang begitu saja.” Jelas SooHyun, ekspresi wajahnya sangat datar, seperti sudah lelah dengan semua ini dan ingin cepat menyelesaikannya.
“Maaf, aku sangat minta maaf. Aku tahu, aku sangat tidak sopan dan tidak tahu diri ketika itu. Pergi secara tiba-tiba tanpa ucapan perpisahan padamu yang sudah banyak membantuku. Jika kau masih mau menerima, aku sangat meminta maaf.” Jelas KyuHyun pada SooHyun dengan tulus, ia menatap lurus gadis dihadapannya ini dengan tatapan mata yang memelas.
“Aku sudah memaafkanmu jauh sebelum kau meminta maaf. Aku hanya kecewa, tetapi sekarang sudah bukan apa-apa. Kau dan aku sudah menjalani hidup masing-masing, dan kaulah yang memutuskan untuk menjauh dariku. Aku tak bisa melakukan apa-apa selain menerima kenyataan.” Jawab SooHyun, lalu memalingkan wajahnya menatap kearah jendela.
“Aku hanya pindah tempat tinggal SooHyun-ah, aku sama sekali tidak bermaksud untuk memutuskan hubungan pertemanan ini denganmu. Aku mengundangmu ke pernikahanku, aku sangat berharap kau datang tapi ternyata tidak. Kau tahu betapa kecewanya aku? Kaulah yang menjauh dariku, Kim SooHyun.” Ujar KyuHyun padanya. Ia benar-benar kecewa pada saat itu, bagaimana SooHyun benar-benar menghindar darinya. Hanya dengan satu panggilan telefon dan kemudian gadis itu benar-benar memutuskan hubungan dengannya.
SooHyun menoleh menatap lelaki dihadapannya. Dengan jelas wajah KyuHyun menampakkan kesedihan, ia bisa merasakan bahwa lelaki ini benar-benar sedih mengingat perlakuannya. Namun pada saat yang sama, rasa sesak dan nyeri di dada yang SooHyun rasakan semakin menjadi ketika lelaki ini menyebut kata ‘pernikahan’.
“KyuHyun Oppa…..” Panggil SooHyun pelan sambil menahan air matanya.
“Ne?” jawabnya.
“Apakah kau tahu apa alasanku tidak datang ke pernikahanmu dan menjauh darimu?” Tanya SooHyun.
“Aku tidak tahu apa alasanmu, oleh karena itulah aku menanyakannya padamu. Namun, aku telah menerka beberapa hal yang kuduga membuatmu menjauh dariku. Dan aku menduga, kau mencintaiku.” Ujar KyuHyun.
SooHyun tak bergeming, mereka berdua saling bertukar pandang. KyuHyun bisa dengan jelas melihat bahwa gadis dihadapannya ini sedang sekuat tenaga menahan diri agar tidak menangis. KyuHyun pun merasakan kesedihan yang semakin memberat di dadanya, ia tidak ingin membuat gadis ini menangis lagi. Sudah cukup banyak penderitaan yang SooHyun alami karena dirinya.
“Apakah kau baru menyadarinya?’ Tanya SooHyun pada akhirnya memecah keheningan.
“Menyadari apa?”
“Menyadari bahwa aku mencintaimu.” Ucap SooHyun, bibirnya bergetar seakan takut untuk berucap.
KyuHyun terdiam, seperti ada batu besar menimpa hatinya ketika SooHyun mengatakan hal itu. “Ya, aku baru menyadarinya beberapa bulan yang lalu. Aku menyadarinya ketika aku sudah terlalu merindukanmu. Sangat merindukanmu. Hingga akhirnya aku menyadari bahwa mungkin kau menghindariku karena pernikahanku.” Ujar KyuHyun lalu ia menyandarkan dirinya di sofa.
“Bodoh.” Ucap SooHyun sangat pelan, dan sedetik kemudian terdengar isak tangisnya.
KyuHyun yang mendengar gadis itu menangis langsung menatapnya, bisa ia lihat dengan jelas bulir-bulir air mata yang jatuh di pipinya.
“Kenapa kau bodoh sekali? Kenapa kau baru menyadari bahwa aku mencintaimu?! Aku sudah mencintaimu sejak pertama kali mengenalmu KyuHyun Oppa! Dan mengapa pula kau begitu bodoh hingga datang mencariku kesini, membuatku membuka luka-luka lama akibat kepergianmu. Dan mengapa pula kau datang untuk mengatakan bahwa kau rindu padaku? Juga…. Juga mengapa kau begitu bodoh untuk mengatakan ini semua setelah kau menikah? Setelah kau menghancurkanku, setelah aku hampir melupakanmu. Mengapa kau kembali?”  Ujar SooHyun dengan tegas disela-sela tangisnya. Selesai sudah,  semua yang ingin ia katakan dan semua yang dirasakannya telah ia keluarkan. Tetapi tangisannya masih tetap berlanjut, air mata tidak bisa dihentikannya.
Kyuhyun terdiam, kekagetan memenuhi ekspresi wajahnya. Ia tidak pernah  menyangka bahwa gadis ini sudah banyak menderita karena mencintainya.
“Kami berpisah.” Ucap KyuHyun setelah mereka berdua terdiam cukup lama.
“Apa?” Tanya SooHyun tak mengerti.
“Aku berpisah dengannya, kami sudah tidak menikah.” Jelas KyuHyun pelan seraya menenggelamkan wajahnya ke kedua telapak tangannya.
“Kau bercanda, kalian baru beberapa bulan menikah dan sudah berpisah?” Ujar SooHyun dengan kaget tetapi beberapa bulir air mata masih keluar.
KyuHyun menghela nafas panjang. ”Kau tahu, pernikahan kami adalah pernikahan yang diatur. Aku sama sekali tidak keberatan akan hal itu, seiring dengan berjalannya waktu aku pun mencintainya. Namun sepertinya ia tidak merasakan hal yang sama, ia tidak mencintaiku.” Jelaasnya, raut wajahnya penuh kesedihan. “Beberapa bulan setelah kami menikah, aku menjemputnya di kantor dan melihatnya bersama rekan kerjanya. Mereka terlihat sangat akrab. Dan saat itulah aku menyadari bahwa ia tidak mencintaiku.” Jelas KyuHyun lalu ia mengambil cangkir cappucinno miliknya yang sudah mendingin, lalu meminumnya sedikit.
SooHyun terdiam, ia tidak menyangka bahwa KyuHyun mengalami hal seperti itu. Dikhianati oleh orang yang sangat dicintainya. “Lalu apa alasanmu mencariku?” Tanya SooHyun, ia masih tak habis pikir apa yang membuat lelaki ini datang kembali.
“Aku merindukanmu. Bukankah tadi sudah ku katakan? Aku sangat merindukanmu. Kami bercerai enam bulan lalu, aku masih sangat shock dengan kejadian itu. Namun selama itu pula kau selalu muncul dibenakku, senyummu dan tawamu serta wajahmu selalu menghantuiku. Pada saat itulah aku merasakan sangat membutuhkanmu, sangat merindukanmu. Dan saat itu juga… aku….. aku merasa bahwa aku ingin kau terus berada bersamaku, disisiku.” Ujar KyuHyun pada SooHyun, ia mengatakan ini dengan sangat tulus, ia sangat ingin SooHyun kembali.
Hening. Tidak ada diantara mereka berdua yang berucap, hanya saling berkecamuk dengan perasaan masing-masing. Hingga akhirnya SooHyun berucap.
“Sekali lagi, kau orang yang sangat bodoh. Maaf, tapi kau sudah terlambat.” Ucapnya, ia menghela nafas. “Kau datang disaat aku sudah mengubur dalam-dalam perasaanku, aku tahu bahwa aku tidak akan pernah bisa melupakanmu seutuhnya, melupakan perasaanmu padaku. Tetapi aku benar-benar tidak ingin kembali. Aku ingin melupakanmu.” Ujarnya, SooHyun menatap lelaki dihadapannya ini. Ia sudah membulatkan keputusannya.
“Aku harus pergi, kurasa aku telah mengatakan apa yang perlu aku katakan.” Ucap SooHyun seraya bangkit dari tempat duduknya, sementara KyuHyun masih terduduk di sofa, masih diam.
SooHyun tidak menunggu sepatah kata dari KyuHyun, ia langsung mulai berbalik melangkah. Satu langkah, dan ia berhenti. “Satu lagi, kumohon… jangan menemuiku lagi. Aku ingin lepas darimu.” Ucapnya, lalu SooHyun pun berjalan melangkah meninggalkan KyuHyun dengan air matanya yang kembali mengalir.
KyuHyun memandangi kepergian SooHyun, memandangi punggung gadis itu berubah menjadi siluet dan menghilang dari pandangannya. Kesedihan menyelimuti wajahnya, matanya seakan ingin meruak air matanya. Hatinya terasa sangat sakit mendengar apa yang SooHyun katakana, menerima apa yang SooHyun telah tentukan. Ia merasa sangat bodoh karena tidak menyadari hal ini lebih awal, dan juga karena telah membuat gadis itu menderita karenanya. Ia masih sangat terpukul. Ia kehilangan wanita yang ia cintai, dua kali.
——————————————————————————————————————————-
Cho KyuHyun melangkah keluar dari coffee shop tersebut, langkahnya lunglai dan kesedihan masih sangat terlihat jelas pada dirinya. Ia sudah bersiap melangkah menuju mobilnya ketika ia merasakan seseorang menepuk bahu kirinya.
“Bisa kita bicara sebentar?”
KyuHyun menoleh dan menemukan seorang pria berambut pirang kecokelatan sedang menatapnya tajam.
“Ada apa?” Tanya KyuHyun pada lelaki itu, lalu lelaki itu melepaskan tangannya dari bahu KyuHyun.
Lelaki itu kemudian menyodorkan tangannya pada KyuHyun yang masih terlihat bingung. “Lee Dong Hae, teman dari Kim Soo Hyun.” Ucap DongHae.
KyuHyun pun dalam sekejap seperti mengerti apa yang dilakukan lelaki ini. “Cho Kyu Hyun. Apakah kau ada perlu denganku?” Ujarnya sambil menjabat tangan DongHae.
Mereka pun selesai berjabat tangan dan DongHae masih tetap menatap KyuHyun. “Ya, aku ada perlu denganmu. Bolehkah aku memukulmu?” Ucap DongHae dengan tegas dan masih memandangi KyuHyun dengan tatapan yang menyeramkan.
KyuHyun terdiam sejenak karena kaget, lalu ia tersenyum menyeringai. “Rupanya kau sangat mencintainya ya.” Tukasnya. “Silakan, kurasa aku berhak mendapatkan pukulan karena sudah membuat gadis itu menderita begitu lama.” Ujar KyuHyun mempersilakan.
“Baiklah, aku tidak akan segan.” Ujar DongHae, dan satu pukulan keras pun dilayangkan kearah wajah KyuHyun.
BRAK!
KyuHyun terjatuh, satu pukulan yang sangat keras.  KyuHyun pun meringis kesakitan sambil memegangi bagian kiri wajahnya yang terkena pukulan, bisa dirasakan pula darah keluar dari sudut bibirnya.
DongHae mengulurkan tangannya untuk membantu KyuHyun berdiri, KyuHyun pun menyambutnya. Ia berhasil berdiri kembali dengan bantuan DongHae. “Keras sekali pukulanmu, kurasa aku telah membuatnya menangis dan menyakitinya terlalu banyak hingga kau begitu marah padaku.” Ujar KyuHyun berucap dengan sedih mengingat perbuatan yang telah dilakukannya pada SooHyun. Ya, ia merasa memang berhak mendapatkan pukulan ini.
“Aku tidak tahu apa yang kau lakukan padanya hingga membuatnya sesedih itu, aku juga tidak tahu apa hubunganmu dengannya. Hanya saja aku ingin kau tahu bahwa pukulan itu tidaklah seberapa sakit dibandingkan dengan derita batin yang dirasakan SooHyun karenamu. Melihatnya menangis begitu sedih sangat membuat darahku mendidih, ingin rasanya aku membunuh orang yang telah membuatnya menjadi seperti itu.” Ujar DongHae dengan pelan namun tegas, matanya menatap tajam pada KyuHyun yang berada dihadapannya.
KyuHyun terdiam, ia sudah mengerti kesalahan yang telah ia lakukan. Dan pukulan ini juga sebagai peringatan kedua baginya, pukulan yang membuatnya merasa sangat bersalah dan seperti bisa merasakan betapa sakitnya SooHyun karenanya.
“Aku akan pergi, aku berjanji aku tidak akan menemuinya lagi. Kurasa kami memang sudah harus berpisah, ia ingin melupakanku sepenuhnya.” Tukas KyuHyun, ia menoleh pada DongHae. “Kurasa aku bisa tenang sekarang, SooHyun sudah berpacaran dengan lelaki yang sangat mencintainya dan menyayanginya.” Ujarnya sambil tersenyum pada DongHae, namun kesedihan yang amat dalam masih bisa terlihat jelas di matanya.
“Kau tidak perlu khawatir, I’m her protector from now on.” Ucap DongHae. “Aku akan selalu menjaganya, mencoba membahagiakannya sebisaku, dan tidak akan membiarkannya bersedih lagi. Aku akan membuatnya melupakanmu.” Ujarnya pada KyuHyun.
KyuHyun kembali tersenyum, ia benar-benar merasa bahagia SooHyun bersama orang yang sangat mencintainya dengan tulus. “Baiklah kalau begitu, tolong jaga kekasihmu itu dengan baik. Selamat tinggal.”  Ucap KyuHyun sambil menepuk bahu DongHae lalu ia pun berjalan menuju mobilnya. Ia berjalan menjauh pula dari Kim SooHyun, dan tidak akan pernah kembali lagi.
-End

No comments:

Post a Comment